Label

Jumat, 30 Mei 2014

Uji Coba Doktrin Baru TNI?

Berharap Latgab menjadi ajang deklarasi dan uji coba perubahan doktrin militer




DI sela-sela kegaduhan dan pro-kontra calon presiden, bangsa ini tengah mengalihkan sedikit perhatian ke Situbondo. Di ujung timur Jawa Timur inilah TNI sedang mengonsentrasikan kekuatannya menjalani Latihan Gabungan (Latgab) 2014.

Latgab yang digelar di akhir faseMinimum Essential Force (MEF) I sekaligus pemerintahan SBY patut menjadi perhatian. Bukan sekadar untuk mengukur sejauh mana belanja militer mampu memenuhi kebutuhan mengamankan NKRI, tapi juga mengukur apakah perkembangan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) sudah cukup membuat TNI percaya diri untuk mengubah doktrin dari defensif aktif dengan titik fokus pada skenario perang berlarut menjadi defensif-ofensif dengan konsentrasi pada containment dan penghancuran kekuatan lawan sebelum memasuki teritorial darat NKRI.

Sejauh ini susah dipahami bahwa TNI sudah mempunyai kemampuan melakukan tindakan ofensif. Hal ini karena persepsi tentang kekuatan tulang punggung pertahanan Indonesia tersebut belum beranjak dari era Orde Baru hingga era reformasi di mana TNI begitu nelangsa akibat embargo militer, terutama dari Amerika Serikat yang merupakan pemasok utama alutsista sejak dimulainya era pemerintahan Soeharto.

Sebaliknya, tidak banyak yang sadar melonjaknya perekonomian, hubungan baik dengan Rusia; bargaining position yang kuat di mata Amerika Serikat, China, dan Inggris; kerja sama erat antara Indonesia dan Jerman, Prancis, Korea Selatan; serta simbiosis mutualisme dengan negara sahabat seperti Brunei Darussalam telah menjadi daya dongkrak kekuatan alutsista TNI.

Pun konflik di Laut China Selatan serta gesekan dengan Australia dan Malaysia telah menjaditrigger perubahan yang bisa disebut revolusi alutsista. Dengan posisi di atas angin tersebut, tentu tidaklah sulit bagi TNI memiliki bukan hanya kapal selam U-209 yang selama ini dikenal sebagai Cakra-Nanggala, tapi juga kapal selam U-206, U-212, U-214, Kilo tipe 636 dan 877 K4b, Amur, bahkan Typhoon.

Juga bukan perkara sulit bagi TNI untuk mendatangkan Slava Class (heavy cruiser), Sovremenny Class (destroyer), Talwar Class (frigate), Stereguschyy Class (corvette), dan lainnya. Untuk matra udara, bukan mustahil TNI memiliki pesawat tempur sekelas Su-34 Fullback, Su-35SI Super Flanker, Dassault Rafale, dan Eurofighter Tornado, bahkan Tu-160 Blackjak. Pun tidak mengada-ada jika TNI memiliki S-300PMU2 / SA-20 Gargoyle atau HQ-16 SAM Systems sebagai payung udara.

Siapa pun sulit membayangkan kekuatan Indonesia tinggal selangkah melampaui kekuatan di era 1960-an. Apalagi bagi mereka yang mendewakan ”penampakan”. Padahal, domain militer lebih banyak misterinya. Tapi kalau jeli, pesannya sudah disampaikan Moeldoko tentang Sukhoi terbang di atas air dan alutsista yang semakin padat pada 2016.

Atau lebih jauh seperti disampaikan Menhan Poernomo Yusgiantoro bahwa militer Indonesia pada 2014 akan menjadi terkuat di kawasan dan pernyataan SBY –yang sebenarnya didapuk TNI sebagai panglima besar atas jasanya untuk TNI– tentang kesiapan Indonesia berperang. Tapi pihak skeptis sekaligus pesimis, tentu harus bertanya apakah Indonesia selamanya aman-aman saja, apakah tidak punya potential adversaries, apakah tidak pernah menjadi sasaran assymetric warfare dan proxy warfare.

Dengan posisi geopolitik yang demikian strategis, apakah Indonesia tidak layak menjadiprimary target. Jika begitu adanya, apakah Indonesia tidak layak membangun deterrent effect. Dengan potensi yang datang dari delapan penjuru angin, tentu Indonesia harus membentuk komando gabungan wilayah pertahanan (kogabwilhan) dan itu harus dilengkapi beragam alutsista, termasuk produk dalam negeri.

Berdasarkan pemaham atas ancaman inilah kita berharap latgab menjadi ajang deklarasi dan uji coba perubahan doktrin militer. Tentu Indonesia mempertimbangkan keseimbangan kawasan hingga tidak perlu vulgar. Tapi paling tidak bisa memberi pesan: Jalmo moro, jalmo mati; dhemit moro, dhemit mati; dewa moro, dewa keplayu; dhemit ora ndulit, setan ora doyan.”(nfl)

   Sindo  

Kamis, 29 Mei 2014

Alutsista Baru Perkuat Koarmatim

KCR-60 M Perkuat Alutsista Jajaran Koarmatim


Surabaya  Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim menandatangani berita acara serah terima penyerahan Kapal Cepat Rudal (KCR)-60 M Ke-1 KRI Sampari-628 yang berlangsung di Dermaga Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia Ujung Surabaya, Rabu (28/5).

Kapal perang tersebut akan memperkuat Alutsista jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim, dengan komandan kapal Letkol Laut (P) Hreesang Wisanggeni.

Selain meresmikan KRI Sampari-628, dilaksanakan juga peluncuran KCR-60 M sebagai pesanan TNI AL yang ke dua. Sebagai acara simbolis peresmian KRI Sampari-628, Menhan RI Dr. Purnomo Yusgiantoro dengan didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum, Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno, S.Pi., M.M, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim dan pejabat lainnya melaksanakan pemotongan tali kendi yang diiringi lagu Padamu Negeri, sebagai simbul resminya KRI Sampari-628 bergabung dengan Armada TNI Angkatan Laut.

TNI AL bekerja sama dengan PT. PAL untuk membangun tiga unit kapal KCR-60 M, satu diantaranya adalah KRI Sampari-628 yang telah selesai dikerjakan. Hal tersebut merupakan upaya guna membangun kemandirian pemenuhan Alutsista sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Kapal jenis KCR-60 M disesain memiliki kemampuan olah gerak yang tinggi. Lincah dalam menempati posisi tembak, dan mampu melaksanakan penghindaran dari pukulan balasan lawan. Selain itu, kapal jenis ini juga memiliki ketahanan bernavigasi dalam segala cuaca, hingga sea state 6.

Nama "Sampari" diambil dari nama senjata tajam sejenis keris yang digunakan oleh kaum laki-laki pada suku Mbojo, Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), guna menjaga dan membela diri. Nama Sampari ini diabadikan sebagai kapal perang TNI AL dengan harapan semangat dalam menjaga dan membela kedaulatan NKRI dapat terus berkibar.

KCR-60 M memiliki panjang 60 meter, lebar 8.10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan berlayar 15 knot, kecepatan jelajah 20 knot max 28 knot. Kapal ini dipersenjatai meriam dan peluncur rudal, dengan jumlah awak kapal 55 orang.


Kapal Perang Negara Agar Diproduksi Di Dalam Negeri


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meminta pembuatan kapal-kapal perang Negara bisa digarap di dalam negeri agar dapat menggerakan roda ekonomi Indonesia.

“Saya melihat pembangunan kapal di PT PAL Indonesia ini meningkat, kalau dari sekian kebutuhan kapal perang dibangun di dalam negeri ternyata ada untungnya, karena ada aktivitas ekonomi baik tenaga kerja maupun menggerakan sektor lain,” katanya usai peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter ke-1 buatan PT PAL Indonesia, di Surabaya, Rabu (28/5/2014).

Dia mengatakan secara bertahap perusahaan galangan dalam negeri diharapkan mampu membuat kapal-kapal perang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan oleh TNI Angkatan Laut.

“Dalam pembuatan kapal secara teknis, TNI AL kan memilih maunya kapal yang seperti apa karena biasanya Mabes TNI kalau melakukan operasi gabungan harus saling suport dengan pesawat F16 maupun kapal KCR, jadi saling mendukung,” ujarnya.

Kepala Staf TNI AL (KASAL) Laksamana Marsetio mengatakan negara Indonesia yang merupakan negara maritim membutuhkan kekuatan pertahanan di laut, apalagi Indonesia memiliki 9 pintu masuk di jalur laut. Berdasarkan hasil penghitungan, minimum Indonesia harus memiliki 16 KCR-60 meter, 16 KCR-40 meter dan 12 kapal selam.

“Sekarang ini masih punya 2 kapal selam, satu dibangun di Korea Selatan, dan satu lagi akan dibangun oleh PAL Indonesia. Kami berharap semua kebutuhan kapal bisa dibangun di PAL Indonesia katanya.

Adapun saat ini, PT PAL Indonesia menerima pesanan kapal cepat rudal 60 meter dari Kementerian Pertahanan dengan total nilai proyek Rp375 miliar. KCR-60 yang pertama telah diserahkan kepada TNI AL, dan KCR-60 ke-2 sudah melalui tahap peluncuran dan KCR-60 ke-3 tengah dalam tahap pembangunan.

“Rencananya KCR-60 ke-2 akan diserahterimakan pada Juli 2014, sedangkan KCR-60 ke-3 diserahkan pada September 2014,” imbuh Direktur Utama PAL Indonesia M Firmansyah Arifin.


  
 TNI | Bisnis 

Pesawat Tempur TNI AU Laksanakan Pengeboman di AWR Pandan Wangi

Kegiatan manuver lapangan latihan Sikatan Daya tahun 2014


.(Foto : Pentak Lanud Iswahjudi).


Magetan  Pen Lanud Iswahjudi, Magetan (27/5/14). Tiga jenis pesawat tempur jajaran Koopsau II, yang terdiri dari Sukhoi, F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon berangkat dari Lanud Iswahjudi untuk melaksanakan penembakan dan pengeboman di Air Weapon Range (AWR) Pandan Wangi, Lumajang, Jawa Timur, dalam kegiatan manuver lapangan latihan antar satuan Koopsau II Sikatan Daya tahun 2014, Rabu (28/5/14).

Lanud Iswahjudi sebagai pangkalan aju dari ketiga jenis pesawat tempur tersebut, merupakan unsur tempur dalam latihan Sikatan Daya tahun 2014, mempunyai tugas menghancurkan sasaran-sasaran musuh yang disimulasikan berupa target-target yang dibuat di area latihan AWR Pandan Wangi, Lumajang.

Seperti apa yang disampaikan oleh Pangkoopsau II Marsekal Muda TNI Abdul Muis pada pembukaan latihan melalui video conference, bahwa Latihan Sikatan Daya 2014 merupakan latihan antar satuan jajaran Koopsau II mempunyai tujuan untuk menguji atau menyempurnakan Rencana Operasi dan kesiapan operasional Koopsau II beserta satuan jajarannya dalam sistem pencegahan, penangkalan dan penindakan terhadap segala bentuk ancaman yang mungkin terjadi di Wilayah NKRI khususnya Wilayah Koopsau II.

Latihan penghancuran sasaran tersebut juga sebagai ajang pemanasan bagi fighter-fighter TNI Angkatan Udara untuk melaksanakan manuver lapangan dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2014, di Asembagus mendatang.

Keterangan Gambar: Tiga pesawat tempur F-16 Fighting Falcon taxi menuju landasan pacu dengan membawa bom untuk melaksanakan pengeboman di AWR Pandan Wangi, Lumajang jatim, Rabu (28/5/14). 

  
 Lanud Iswahjudi  



Supertucano Laksanakan SUL di Pandanwangi


Setelah mendapatkan perintah untuk melaksanakan tugas Serangan Udara Langsung (SUL), Crews Skadron Udara 21 segera melaksanakan persiapan-persiapan agar perintah atasan dapat dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku. Komandan Skadron Udara 21, Letkol Pnb Toto Ginoto segera memimpin briefing persiapan terbang dan mengarahkan seluruh crew untuk melaksanakan koordinasi dengan satuan terkait. Personel Ground Crews segera mempersiapkan dua pesawat Supertucano dengan nomor seri TT-3102 dan TT-3104.

Melihat misi yang tidak ringan, maka Letkol Pnb Ginoto menetapkan untuk memimpin langsung pelaksanaan tugas tersebut dan menunjuk tiga Senior Fighter Pilot lainnya. Letkol Pnb Toto Ginoto akan menerbangkan Tucano dengan nomor lambung TT-3102 bersama Kapten Pnb Yuda, sedangkan TT-3104 diterbangkan oleh Mayor Pnb Hery dan Lettu Pnb Jaya.

Dua pesawat Supertucano sudah selesai disiapkan dan empat bom live Mk-81 juga sudah terpasang kuat di sayap kanan maupun kiri dua pesawat tersebut. Waktu telah menunjukkan pukul 01.00 UTC, Letkol Pnb Ginoto dan tiga fighter lainnya telah siap di dalam cockpit pesawat tinggal menunggu release dari pengatur lalu lintas udara (PLLU) Lanud Abd Saleh untuk melaksanakan take off menuju koordinat S 08016.89 E 113013.82 dengan call sign TUCANO FLIGHT. Tepat pukul 01.08’30” dua pesawat Tucano telah tepat berada di atas koordinat yang telah ditetapkan, bom live Mk-81 satu per satu dijatuhkan secara bergantian.

Panglima Koopsau II, Marsda TNI Abdul Muis yang didampingi Komandan Lanud Abd Saleh, Marsma TNI Sungkono, SE., M.Si. dan para Danlanud Jajaran Koopsau II memberikan applous atas keberhasilan dua pesawat supertucano menjatuhkan 4 bom tepat sasaran, yang dikomandani langsung oleh Komandan Skadron Udara 21, Letkol Pnb Toto Ginoto.

Pesawat Super Tucano pabrikan Brasil ini meski merupakan pesawat tempur dengan mesin tunggal turboprop, namun mempunyai kelebihan ketepatan bidik sasaran sangat akurat, sehingga sangat tepat dioperasikan untuk memberikan bantuan tembakan udara darat terhadap pasukan kawan yang berada di medan perang. Oleh karenanya Supertucano selalu menjadi perhatian dalam setiap latihan operasi udara.

Latihan operasi yang diikuti Supertucano kali ini adalah Latihan Sikatan Daya Tahun 2014 yang dimulai sejak tanggal 5 Mei 2014, dan hari ini, Rabu (28/5) resmi ditutup oleh Pangkoopsau II Marsekal Muda TNI Abdul Muis dihadiri para pejabat Koopsau II, Komandan Lanud Abd Saleh, Komandan Lanud Iswahyudi, Komandan Lanud Sultan Hasanudin, para pejabat dan seluruh anggota Lanud Abd Saleh bertempat di Ruang Bina Yudha Lanud Abd Saleh.

  
 siagaindonesia  

Pergeseran Militer China – Indonesia : Asia Tenggara



Mengintensifkan langkah China untuk menegaskan klaim atas Laut China Selatan telah meningkatkan dorongan untuk penumpukan militer di Indonesia. Itu akan melihat pengerahan pasukannya dengan fokus yang lebih besar pada Risiko eksternal .

Setelah bertahun-tahun berkonsentrasi pada Ancaman separatis di negara kepulauan cukup lama untuk membentang dari New York ke Alaska , Indonesia berencana untuk menyebarkan helicopter serang ke pulau-pulau tersebut pada ujung selatan Laut Cina Selatan dan memperluas kekuatan angkatan laut . AIMS untuk meningkatkan belanja pertahanan menjadi 1,5 persen sebagai bagian dari perekonomian , di  Asia Tenggara adalah yang terbesar .

Pergeseran strategi datang sebagai meningkat sengketa China dengan Filipina dan Vietnam , sesama anggota Asosiasi Tenggara Asean Nations . Kebuntuan Vietnam dengan China atas rig minyak Bulan ini Diikuti 2.012 keberhasilannya dalam mengambil kontrol dari Scarborough Shoal dari Filipina .

" Fokus dalam pengeluaran pertahanan bergerak untuk berurusan dengan Ancaman eksternal , " kata Tim Huxley , direktur eksekutif dari International Institute for Strategic Studies di Singapura . " Ada kekhawatiran dari perspektif Indonesia bahwa Laut Cina Selatan tidak harus menjadi kebebasan Cina dan Itu harus dipertahankan . " Itu Mempengaruhi belanja pertahanan Indonesia dan pengadaan , kataku .

Militer telah mencapai 40 persen dari cara untuk mengembangkan mengembangkan kekuatan minimum esensial , atau MEF , pada tahun 2029 , untuk menjaga wilayahnya saat menambahkan tank , kapal selam , helikopter dan jet tempur nya arsenal , Wakil Menteri Pertahanan mengatakan dalam sebuah Sjafrie Sjamsoeddin wawancara di Jakarta . Di bawah MEF , pemerintah sedang mencari untuk memperoleh 274 kapal Angkatan Laut , 10 skuadron tempur dan 12 kapal selam diesel -listrik baru .

" Kami bagian dari menjaga stabilitas regional dan perdamaian dan menjaga keamanan. Itu tentu saja kita harus memiliki Powers dukungan regional Bahwa kekuatan itu, " kata Sjamsoeddin .

 Peta China

Indonesia telah Berusaha untuk tetap keluar dari pertengkaran tetangga ' dengan China atas Laut China Selatan , dan bukan merupakan penuntut resmi ke daerah-daerah dalam sengketa . Tapi dalam beberapa bulan terakhir ini telah mengatakan bahwa interpretasi China atas sembilan -dash lini peta - dasar untuk klaim teritorial - yang merembes ke zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan dalam sebuah wawancara pada bulan April bahwa saya ingin penjelasan tentang peta China dan meminta PBB untuk membantu mendapatkan kejelasan .

Commodore Fahru Zaini , wakil asisten menteri keamanan utama untuk doktrin pertahanan strategis , mengatakan dalam peta Cina Itu termasuk sebuah " sewenang-wenang mengklaim " ke perairan Kepulauan Natuna di provinsi Indonesia Riau . " Sengketa ini akan memiliki dampak besar pada keamanan perairan Natuna , " kataku , Menurut Antara News .

 17.000 Pulau

Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, membentang di 5.300 kilometer ( 3.293 mil) dari timur ke barat . Saham Selat Malaka Indonesia dengan Malaysia Itu adalah jalur pelayaran kunci Itu menghubungkan perekonomian negara-negara : seperti India , China dan Jepang .

" Ini adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan Mereka Ingin bermain Apa yang Mereka Sesuai berpikir adalah peran , " Richard Bitzinger , rekan senior di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura , mengatakan . " Kau tidak akan mendapatkan Itu Kecuali Anda Mengembangkan , militer modern yang cukup besar , karena pada saat ini militer cukup kecil . "

Peningkatan pengeluaran militer 81,96 T rupiah ( $ 7100000000 ) pada tahun 2013 dari 72,94 T rupiah pada tahun 2012 , Menurut Stockholm International Peace Research Institute .

 ' Seimbang Kekuatan'

Anggaran pertahanan China akan naik 12,2 persen menjadi 808,2 T yuan Tahun ini ($ 129 miliar) . Presiden Xi Jinping telah membuat lagi mencapai Navy dengan prioritas untuk meningkatkan klaim China di Laut China Selatan dan Laut Cina Timur.

MESKIPUN menjadi negara maritim , Indonesia berusaha untuk membangun sebuah "kekuatan yang seimbang " antara tentara , angkatan laut dan angkatan udara , Sjamsoeddin mengatakan dalam wawancara Maret , sebagai " Akhirnya mengakhiri semua pertempuran di darat . " Indonesia , Yang Juga pengeluaran tank , Puluhan berwajah perselisihan intern di Timor Timur , sebuah negara merdeka sejak tahun 2002 .

Indonesia tidak dalam perlombaan senjata dan menghabiskan kurang dari 1 persen dari produk domestik bruto pada pertahanan , Dibandingkan dengan 3 persen sampai 4 persen antara negara-negara Asean lainnya , kata Sjamsoeddin . Jika klub negara di wilayah ini memiliki tank berat maka Indonesia Harus tank berat , kata Sjamsoeddin , 61 , menambahkan beberapa peralatan militer yang digunakan adalah lebih tua dari dia .

 Kepulauan Natuna

Indonesia akan mengerahkan empat helikopter serang Apache dari Boeing untuk Kepulauan Natuna , IHS Jane Dilaporkan di situsnya pada bulan Maret, mengutip Jenderal Budiman , kepala tentara staf , sebagai tindakan pre - emptive terhadap ketidakstabilan di Laut Cina Selatan.

Dengan lebih tegas China di bagian selatan Laut Cina Selatan , " angkatan bersenjata Indonesia adalah Penguatan Kehadiran militer mereka di Kepulauan Natuna , dan itu termasuk fasilitas mempersiapkan di Kepulauan Natuna untuk Mengakomodasi jet tempur , " kata Ian Storey , rekan senior di Institut Studi Asia Tenggara di Singapura .

" Selama dekade pertama abad ini Mereka Apakah difokuskan pada Ancaman Pemberantasan intern , terorisme dan separatisme Artinya, " kata Storey . " Tapi Sebagian besar Mereka sudah sukses dalam wadah yang berisi Ancaman dan saya pikir sekarang mereka lebih fokus ke arah luar , dengan fokus pada Ancaman eksternal . "

Seberapa jauh Indonesia mendorong kembali terhadap China mungkin tergantung pada pemilihan presiden , kandidat Dengan tidak merinci tujuan kebijakan luar negeri sejauh ini. . Dijaminkan untuk meningkatkan belanja pertahanan menjadi 1,5 persen dari PDB dalam lima tahun , Menurut surat kabar kebijakannya . Pengeluaran sekarang 0,9 persen dari PDB , Menurut SIPRI .

" Ada Tampaknya menjadi Komitmen untuk meningkatkan meningkatkan belanja pertahanan , meningkatkan meningkatkan kekuatan militer Indonesia secara keseluruhan , lebih Sesuai melihat apa yang merupakan kekuatan besar yang normal di wilayah ini , " kata Bitzinger . " Mereka terlalu tertarik menjadi semakin mampu menjadi militer modern. "



   Bloomberg

Produk-produk Militer yang akan Dibuat RI di Masa Depan


Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) di masa depan. Langkah ini untuk menciptakan kemandirian pemenuhan alutsista dari industri pertahanan dalam negeri.
Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Badan Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim mengatakan pemerintah Indonesia memiliki 7 program penguasaan alutsista. Program tersebut sedang dan terus berlangsung, termasuk melibatkan negara asing dan BUMN Indonesia.

"Jadi program nasional ada 7. Pertama produksi propelan (bahan baku roket), tank (medium), kapal selam, IFX (jet tempur), misil, roket, fregate. Itu 7 program masih berjalan," kata Silmy di Kementerian Pertahanan Jakarta, Senin (26/5/2014).

BUMN strategis yang digandeng antara lain: PT Dahana (Persero), PT PAL (Persero), PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) hingga PT LEN (Persero). Upaya menggandeng BUMN agar ada transfer teknologi dari negara mitra terhadap BUMN strategis.

Pengembangan alutsista di dalam negeri juga memiliki banyak manfaat. Disamping menghidupkan industri pertahanan dalam negeri, juga mampu menghemat devisa dan pajak akibat impor alutsista per tahun.

"Yang jelas anggaran pertahanan kisarannya meningkat terus. Setidaknya 30% untuk belanja alutsista. Keunggulan lain dari sektor pajak, alih teknologi, penguasaan SDM, kemudian kemandirian alutsista," jelasnya.





 Produk-produk yang dikembangkan dan sedang berjalan seperti medium tank. Pengembangan medium tank ini melibatkan PT Pindad dan pemerintah Turki. Turki dinilai memiliki kapasitas mengembangkan dan memproduksi medium tank canggih.


"Ini progres dengan Turki. Turki punya ahli. Dia punya perusahaan ahli bikin tank," jelasnya.




Sedangkan untuk kapal perang, RI melalui PAL menggandeng perusahaan Belanda mengembangkan dan memproduksi kapal jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) atau Fregate. PAL juga berkerjasama dengan Korea Selatan mengembangkan dan memproduksi kapal selam di Surabaya, Jawa Timur.


Selain kapal, program lainnya adalah pengembangan jet tempur. Untuk pengembangan ini, Indonesia menggendeng Korea Selatan. Program tersebut bernama Korea Fighter experiment/Indonesia Fighter experiment (KFX/IFX). Pesawat tempur ini merupakan generasi 4.5 atau pesaing dari F16 versi terbaru. Pengembangan ini melibatkan PT Dirgantara Indonesia. (Detik)


Rabu, 28 Mei 2014

Kapal Selam Kelas Kilo



Kilo adalah nama kelas yang diberikan NATO untuk kapal selam militer bertenaga diesel buatan Rusia. Versi asli dari kapal selam ini di Rusia dikenal dengan nama Project 877. Kapal selam kelas ini juga memiliki versi yang lebih baru yang dikenal dengan nama Improved Kilo dan di Rusia dikenal dengan Project 636.
Berfungsi sebagai anti kapal permukaan dan anti kapal selam dan beroperasi di perairan dangkal. Kapal selam kelas Kilo mampu beroperasi dengan tenang. Project 636 dikenal sebagai salah satu kapal selam yang menghasilkan suara terlemah di dunia.
Kapal selam pertama kelas Kilo untuk Angkatan Laut Uni Soviet beroperasi pada tahun 1982. Angkata Laut Rusia masih memiliki kapal selam kelas ini, dan per tahun 2000 dilaporkan memiliki 14 buah kapal selam kelas ini termasuk 7 cadangan. 21 buah diekspor ke beberapa Negara.
Ada beberapa varian kelas Kilo sehingga spesifikasi berikut mungkin tidak cocok untuk semua varian. Berikut adalah spesifikasi secara kasar.
Bobot :
·         2.300-2.350 ton ketika mengapung.
·         3.000-4.000 ton ketika menyelam.
Dimensi :
·         Panjang : 70-74 meter.
·         Beam: 9.9 meter.
·         Draft: 6.2-6.5 meter.
Kecepatan maksimum
·         10-12 knot ketika mengapung.
·         17-25 knot ketika menyelam.
Sistem propulsi : Diesel elektrik.
Kedalaman maksimum : 300 meter (operasional : 240-250 meter).
Ketahanan
·         400 mil ketika menyelam dengan kecepatan 3 knot.
·         6.000 mil ketika mengapung dengan kecepatan 7 knot (7.500 mil pada kelas Improved Kilo).
·         45 hari di laut.
Persenjataan
·         Pertahanan udara : 8 roket permukaan ke udara SA-N-8 Gremlin atau SA-N-10 Gimlet.

·         Torpedo : 18 torpedo atau 24 ranjau, enam buah tabung torpedo 533mm.

Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker Indonesia



Dari beragam alutsista TNI, harus diakui jet tempur Su-27SKM dan Su-30MK2 Flanker Skadron 11 TNI AU adalah yang paling banyak membetot perhatian khalayak di Tanah Air. Selain punya sosok garang dan perkasa, pesawat dua mesin besutan Rusia ini seolah menjadi ‘pelipur lara’ bagi masyarakat pemerhati persenjataan, betapa tidak, dengan mengadopsi Sukhoi Su-27/Su-30 armada jet tempur TNI AU kini mampu mengimbangi keunggulan fighter negara tetangga, khususnya F-15SG Strike Eagle AU Singapura dan F/A-18 Super Hornet AU Australia. Lewat manuver Kobra Pugacev, Sukhoi menjadi kebanggaan tersendiri dalam setiap simulasi duel jarak dekat.

Dari sisi kejenjataan, lewat Sukhoi-lah Indonesia untuk pertama kalinya terlihat tegas untuk mempersenjatai jet tempur. Maklum pasca era-60an, segala jenis jet tempur TNI AU yang dibeli dari AS dan Inggris, hanya dibekali persenjataan terbatas yang serba nanggung dan tak punya efek deteren memadai. Kita bisa lihat bersama, bagaimana TNI AU selama tiga dekade hanya bersandar pada rudal Sidewinder untuk melengkapi F-5 E/F Tiger, F-16 Fighting Falcon, dan Hawk 100/200. Sementara dilini rudal udara ke permukaan, sejak lama TNI AU pun hanya berkutat pada AGM-65 Maverick.

Namun, haluan strategi pertahanan kini telah berubah. Meski perang selalu didengungkan sebagai jalan akhir dari suatu krisis, tapi sudah menjadi amanat bahwa bila perang itu terjadi, maka perang harus dimenangkan. Dalam konteks 16 jet Sukhoi di armada TNI AU, muncul rasa gemas di publik, pasalnya sejak didatangkan bergelombang pada tahun 2003, nyatanya baru pada periode tahun 2012 – 2013, jet yang dijuluki Sky Demon ini mulai dipersenjatai sista rudal R-73R-77Kh-29TE, dan Kh-31P. Setelah sebelumnya, Sukhoi di angkasa Indonesia hanya wara wiri mengandalkan kanon GSh-30-1 dan bom buatan lokal.

Dan, kini akhirnya lengkaplah sudah Skadron 11 Wing 5 di Lanud Hananuddin, Makassar dengan jumlah 16 unit Su-27SKM dan Su-30MK2. Bahkan dengan dukungan tanker KC-130B Hercules Skadron 32,air coverage Sukhoi menjadi begitu luas dalam melindungi ruang udara NKRI. Semoga kepak sayap Sukhoi selalu menjadi ‘mimpi buruk’ bagi para agresor.





Pesawat tempur Sukhoi TNI AU lengkap sudah  satu skadron (16 unit), setelah datangnya dua pesawat SU-30 MK 2 pada awal bulan September 2013. Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar – Sulawesi Selatan, merupakan home base bagi pesawat tempur SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 Indonesia.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin menyatakan kelengkapan skadron Sukhoi (16 pesawat) ditargetkan pada tahun 2014. Namun pengadaan alutsista 11 itu bisa dilengkapi dalam waktu yang lebih cepat di tahun 2013. Untuk itu program Kementerian Pertahanan selanjutnya adalah mendatangkan simulator pesawat tempur Sukhoi, serta dukungan konstruksi sistem yang bisa mengcover seluruh pesawat Sukhoi, pada tahun 2014. Hal ini disampaikan Wamenhan, saat mengunjungi Skadron 11 di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
“Mesin simulator untuk melatih kemampuan para pilot penerbang tempur. Nantinya tidak perlu lagi mengirimkan pilot tempur keluar negeri untuk melatih skill teknis mereka. Tetapi jika simulator ini belum sampai tahun 2014, untuk sementara para pilot dikirim ke negara yang memiliki fasilitas simulator, seperti China yang telah memiliki kerjasama pertahanan Indonesia”, ujar Wakil Menteri Pertahanan.
Rudal Kh-31P Zvezda
Kejutan lain dari penambahan alutsista Skadron Udara 11 adalah telah terpasangnya rudal-rudal untuk pesawat tempur Sukhoi, antara lain Rudal Zvezda Kh-31P atau istlah NATO AS-17 Krypton. Rudal Krypton buatan Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara seperti,  sistem pertahanan musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS, dari jarak  200 km. Rudal anti-radar ini  bisa mematikan penjejaknya saat diserang.

Komponen paling menarik dari rudal Kh-31P adalah adanya kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan dalam dual roket pendorong (sistem propulsi ganda). Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo.
Pada tahap awal misil ini berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas, digantikan 4 mesin jet pendorong, untuk mencapai kecepatan 5 Mach. Kecepatan tinggi ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, termasuk harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak, drone maupun pesawat AWACS.
Karena rudal ini ditugaskan menghancurkan radar musuh atau pesawat AWACS, rudal Kh-31P tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Rudal AS-17 Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat 600 kg  dan dijuliki negara barat dengan nama “AWACS killer”.(JKGR).

GSh-30-1 30mm: Kanon Sukhoi TNI AU – Minim Amunisi Tapi Punya Presisi Tinggi

Posted on 23/05/2014 | 4 Komentar
Tidak sah rasanya bila jet fighter dengan kualifikasi multirole dan air superiority hadir tanpa senjata internal. Meski konsep peperangan di udara masa kini dan di masa mendatang mengedepankan pada keunggulan rudal lintas cakrawala alias BVRAAM (beyond visual air to air missile), namun paduan sista untuk menghadapi duel jarak dekat (dog fight) tak bisa dihapuskan, ini dibuktikan dengan masih larisnya segmen rudal udara ke udara jarak pendek dan menengah.
Menemani peran rudal udara ke udara (AAM/air to air missile) jarak pendek, sudah mahfum pula keberadaan dari kanon sebagai senjata internal di pesawat tempur. Bicara tentang jet Sukhoi Su-27/Su-30 yang dimiliki TNI AU, kanon internal inilah yang menjadi satu-satunya senjata dari Sukhoi Indonesia yang mampu menggetarkan dalam patroli udara. Hal tersebut harus dipahami, sebab setelah 10 tahun dibeli, armada Sukhoi Skadron 11 TNI AU baru dibekali rudal mulai tahun 2012, yakni AAM jenis R-73R-77, dan rudal udara ke permukaan (ASM/air to surface missile) jenis Kh-31P dan Kh-29TE.
Selama periode 2003 hingga 2012, praktis Sukhoi TNI AU hanya mengandalkan kanon internal dan bom P-100 buatan Dalam Negeri. Nah, bicara tentang kanon yang melekat di Sky Demon ini, tak lain adalah GSh-30-1 kaliber 30 mm. Merujuk ke sejarahnya, kanon laras tunggal ini dirancang oleh A. Gryazev dan A. Shipunov pada tahun 1977 dan diproduksi oleh Izhmash JSC, Rusia. Sebagai peninggalan era Uni Soviet, kanon ini mulai resmi diadopsi oleh jet tempur Soviet sejak 1980 hingga kini.

GSh-30-1 pada Sukhoi Su-27. Terletak disisi kanan body.

Cara kerja kanon ini masih terbilang konvensional, yakni menggunakan pola hentakan (recoil). Bobot kanon, belum termasuk amunisinya, yaitu 46 kg. Dari sisi kinerja, GSh-30-1 secara teori dapat memuntahkan hingga 1.800 proyektil dalam satu menit. Namun, dalam pelaksanaannya, kecepatan tembak (rate of fire) diturunkan untuk mengurangi efek panas berlebih pada laras, menjadi 1.500 proyetil per menitnya. Meski bisa memuntahkan ribuan proyektil per menit, faktanya logam pada laras dapat mengalami tekanan tinggi akibat panas berlebih bila dilakukan penembakan secara terus menerus antara 100 – 150 peluru. Pihak pabrikan pun memang menggariskan waktu singkat untuk usia laras, setiap melampaui 2.000 tembakan, laras harus diganti untuk menjaga keamanan dan presisi. Laras sejatinya dapat cepat dingin seiring derasnya aliran angin di body pesawat, tapi GSh-30-1 juga dibekali pendingin air berupa silinder yang ditempatkan pada pangkal laras.

Amunisi kaliber 30 mm GSh-30-1
MiG-29 milik AU Iran tampak sedang menembakan kanon GSh-30-1.
Bicara soal penggantian laras, kanon PSU (penangkis serangan udara) Type 80 Giant Bow 20 mm Arhanud TNI AD, lebih cepat lagi. Secara prosedur, setiap 200 tembakan laras harus diganti. Kebetulan memang laras dirancang untuk bisan diganti secara cepat. Kabarnya, setiap kali latihan minimal harus disiapkan empat laras pengganti. karena kecepatan tembak yang tinggi, membuat laras cepat panas, ) Type 80 Giant Bow bisa memuntahkan 1.500 – 2.000 proyektil dalam satu menit.

Kembali ke kanon Sukhoi GSh-30-1, kecepatan luncur proyektil mencapai 860 meter per detik. Sementara yang jadi ‘tantangan’ justru dari bekal amunisi yang dibawa, terbilang sedikit, yaitu 150 peluru dalam satu drum magasin. Minimnya amunisi yang dibawa bukan hanya terjadi pada Sukhoi Su-27/Su-30, melainkan juga pada MiG-29 Fulcrum yang turut memakai GSh-30-1. Rusia pun menyadari akan ‘kelemahan’ pada minimnya jumlah peluru, untuk itu disiasati dengan hadirnya perangkat penjejak optik berbasis thermal OEPS-27.

OEPS-27 mudah dikenali pada jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30. Letak perangkat ini berada di bagian hidung, namun agak mendekat kokpit, dan bentuknya cukup unik dengan desain bola kaca. Perangkat ini terdiri dari dua bagian. Pertama disebut sebagai pengukur jarak bersistem laser (laser range finder) dengan kemampuan pengenalan target hingga delapan kilometer. Kemudian masih dalam bola kaca juga ada IRST (infra red search and track system), dimana sistem ini dapat menjangkau jarak hingga 50 kilometer. Soal cakupan (coverage), untuk sudut azimuth mulai dari -60 sampai +60 derajat, sementara sudut ketinggian mulai dari -60 sampai 15 derajat. Dengan dukungan OEPS-27 inilah, pihak pabrikan Sukhoi merasa percaya diri menjajakan jet tempur ini, apalagi dengan kombinasi sensor infra merah dan laser, menjadikan Sukhoi mumpuni dalam membidik, alias presisi tembakan sangat tinggi. Bagaimana tentang jarak tembak? Untuk menghajar target di udara, jarak tembak efektinya antara 200 – 800 meter. Sementara untuk misi melibas target di permukaan, jarak tembaknya bisa mencapai 1.200 – 1.800 meter.


Dari hasil polling Indomiliter.com pada tanggal 3 – 13 Oktober 2013, dapat disimpulkan bahwa lawan terberat Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU adalah F-15SG Strike Eagle milik RSAF (AU Singapura). Lawan tanding kedua terberat, kemudian ditempati oleh F/A-18 Super Hornet RAAF (AU Australia). Boleh jadi, dimasa mendatang, kedua jet inilah yang akan menjadi kawan ‘dog fight’ Sukhoi TNI AU. Dan, bila itu benar adanya, maka GSh-30-1 akan berjumpa dengan kanon internal F-15SG dan F/A-18, yaitu Vulcan M61 kaliber 20 mm.

Meski kalibernya lebih kecil dari GSh-30-1, tapi jangan anggap enteng kanon yang juga terpasang di F-16 Fighting Falcon ini. Vulcan M61 mengadopsi model gatling dengan enam laras putar. Selain unggul dalam mengurai panas pada laras, Vulcan M61A1 dapat memuntahkan 4.000 hingga 6.000 proyektil dalam satu menit. Kecepatan luncur proyektilnya 1.050 meter per detik, sementara untuk jarang tembak efektifnya antara 1.500 – 2.000 meter. Untuk urusan amunisi, dengan model magasin drum, dapat dibawa hingga 511 peluru. Karena punya enam laras, beratnya pun mencapai 112 kg, belum termasuk feed system-nya.
Meski dalam banyak parameter Vulcan M61 lebih unggul, tapi GSh-30-1 tampil dengan beragam tipe amunisi, seperti Armour Piercing Tracer (AP-T), Armour Piercing Incendiary Tracer (API-T), Armour Piercing Tracer, Tungsten Alloy Penetrator (APT-T), Inert Armour Piercing (AP Inert), High Explosive Tracer (HE-T), Short Range High Explosive Tracer (HE-T-SR), Inert High Explosive Tracer (HE-T Inert), High Explosive Incendiary (HEI), High Explosive Incendiary Tracer (HEI-T), Target Practice (RTP), dan Target Practice Tracer (RTP-T). (Gilang Perdana)

Spesifikasi GSh-30-1
Manufaktur : Izhmash JSC
Kaliber : 30 mm
Berat : 46 kg
Cartridge : 30×165 mm
Jumlah laras : 1
Kecepatan tembak : 1.500 – 1.800 proyektil/menit
Kecepatan proyektil : 860 meter/detik
Jarak Tembak : 1.800 meter