KCR-60 M Perkuat Alutsista
Jajaran Koarmatim
Surabaya ☆ Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur
(Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim menandatangani berita
acara serah terima penyerahan Kapal Cepat Rudal (KCR)-60 M Ke-1 KRI Sampari-628
yang berlangsung di Dermaga Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia Ujung
Surabaya, Rabu (28/5).
Kapal perang tersebut akan memperkuat Alutsista jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim, dengan komandan kapal Letkol Laut (P) Hreesang Wisanggeni.
Selain meresmikan KRI Sampari-628, dilaksanakan juga peluncuran KCR-60 M sebagai pesanan TNI AL yang ke dua. Sebagai acara simbolis peresmian KRI Sampari-628, Menhan RI Dr. Purnomo Yusgiantoro dengan didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum, Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno, S.Pi., M.M, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim dan pejabat lainnya melaksanakan pemotongan tali kendi yang diiringi lagu Padamu Negeri, sebagai simbul resminya KRI Sampari-628 bergabung dengan Armada TNI Angkatan Laut.
TNI AL bekerja sama dengan PT. PAL untuk membangun tiga unit kapal KCR-60 M, satu diantaranya adalah KRI Sampari-628 yang telah selesai dikerjakan. Hal tersebut merupakan upaya guna membangun kemandirian pemenuhan Alutsista sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Kapal jenis KCR-60 M disesain memiliki kemampuan olah gerak yang tinggi. Lincah dalam menempati posisi tembak, dan mampu melaksanakan penghindaran dari pukulan balasan lawan. Selain itu, kapal jenis ini juga memiliki ketahanan bernavigasi dalam segala cuaca, hingga sea state 6.
Nama "Sampari" diambil dari nama senjata tajam sejenis keris yang digunakan oleh kaum laki-laki pada suku Mbojo, Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), guna menjaga dan membela diri. Nama Sampari ini diabadikan sebagai kapal perang TNI AL dengan harapan semangat dalam menjaga dan membela kedaulatan NKRI dapat terus berkibar.
KCR-60 M memiliki panjang 60 meter, lebar 8.10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan berlayar 15 knot, kecepatan jelajah 20 knot max 28 knot. Kapal ini dipersenjatai meriam dan peluncur rudal, dengan jumlah awak kapal 55 orang.
Kapal perang tersebut akan memperkuat Alutsista jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim, dengan komandan kapal Letkol Laut (P) Hreesang Wisanggeni.
Selain meresmikan KRI Sampari-628, dilaksanakan juga peluncuran KCR-60 M sebagai pesanan TNI AL yang ke dua. Sebagai acara simbolis peresmian KRI Sampari-628, Menhan RI Dr. Purnomo Yusgiantoro dengan didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum, Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno, S.Pi., M.M, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim dan pejabat lainnya melaksanakan pemotongan tali kendi yang diiringi lagu Padamu Negeri, sebagai simbul resminya KRI Sampari-628 bergabung dengan Armada TNI Angkatan Laut.
TNI AL bekerja sama dengan PT. PAL untuk membangun tiga unit kapal KCR-60 M, satu diantaranya adalah KRI Sampari-628 yang telah selesai dikerjakan. Hal tersebut merupakan upaya guna membangun kemandirian pemenuhan Alutsista sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Kapal jenis KCR-60 M disesain memiliki kemampuan olah gerak yang tinggi. Lincah dalam menempati posisi tembak, dan mampu melaksanakan penghindaran dari pukulan balasan lawan. Selain itu, kapal jenis ini juga memiliki ketahanan bernavigasi dalam segala cuaca, hingga sea state 6.
Nama "Sampari" diambil dari nama senjata tajam sejenis keris yang digunakan oleh kaum laki-laki pada suku Mbojo, Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), guna menjaga dan membela diri. Nama Sampari ini diabadikan sebagai kapal perang TNI AL dengan harapan semangat dalam menjaga dan membela kedaulatan NKRI dapat terus berkibar.
KCR-60 M memiliki panjang 60 meter, lebar 8.10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan berlayar 15 knot, kecepatan jelajah 20 knot max 28 knot. Kapal ini dipersenjatai meriam dan peluncur rudal, dengan jumlah awak kapal 55 orang.
Kapal
Perang Negara Agar Diproduksi Di Dalam Negeri
Menteri
Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meminta pembuatan kapal-kapal perang Negara bisa
digarap di dalam negeri agar dapat menggerakan roda ekonomi Indonesia.
“Saya melihat pembangunan kapal di PT PAL Indonesia ini meningkat, kalau dari sekian kebutuhan kapal perang dibangun di dalam negeri ternyata ada untungnya, karena ada aktivitas ekonomi baik tenaga kerja maupun menggerakan sektor lain,” katanya usai peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter ke-1 buatan PT PAL Indonesia, di Surabaya, Rabu (28/5/2014).
Dia mengatakan secara bertahap perusahaan galangan dalam negeri diharapkan mampu membuat kapal-kapal perang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan oleh TNI Angkatan Laut.
“Dalam pembuatan kapal secara teknis, TNI AL kan memilih maunya kapal yang seperti apa karena biasanya Mabes TNI kalau melakukan operasi gabungan harus saling suport dengan pesawat F16 maupun kapal KCR, jadi saling mendukung,” ujarnya.
Kepala Staf TNI AL (KASAL) Laksamana Marsetio mengatakan negara Indonesia yang merupakan negara maritim membutuhkan kekuatan pertahanan di laut, apalagi Indonesia memiliki 9 pintu masuk di jalur laut. Berdasarkan hasil penghitungan, minimum Indonesia harus memiliki 16 KCR-60 meter, 16 KCR-40 meter dan 12 kapal selam.
“Sekarang ini masih punya 2 kapal selam, satu dibangun di Korea Selatan, dan satu lagi akan dibangun oleh PAL Indonesia. Kami berharap semua kebutuhan kapal bisa dibangun di PAL Indonesia katanya.
Adapun saat ini, PT PAL Indonesia menerima pesanan kapal cepat rudal 60 meter dari Kementerian Pertahanan dengan total nilai proyek Rp375 miliar. KCR-60 yang pertama telah diserahkan kepada TNI AL, dan KCR-60 ke-2 sudah melalui tahap peluncuran dan KCR-60 ke-3 tengah dalam tahap pembangunan.
“Rencananya KCR-60 ke-2 akan diserahterimakan pada Juli 2014, sedangkan KCR-60 ke-3 diserahkan pada September 2014,” imbuh Direktur Utama PAL Indonesia M Firmansyah Arifin.
“Saya melihat pembangunan kapal di PT PAL Indonesia ini meningkat, kalau dari sekian kebutuhan kapal perang dibangun di dalam negeri ternyata ada untungnya, karena ada aktivitas ekonomi baik tenaga kerja maupun menggerakan sektor lain,” katanya usai peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter ke-1 buatan PT PAL Indonesia, di Surabaya, Rabu (28/5/2014).
Dia mengatakan secara bertahap perusahaan galangan dalam negeri diharapkan mampu membuat kapal-kapal perang sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan oleh TNI Angkatan Laut.
“Dalam pembuatan kapal secara teknis, TNI AL kan memilih maunya kapal yang seperti apa karena biasanya Mabes TNI kalau melakukan operasi gabungan harus saling suport dengan pesawat F16 maupun kapal KCR, jadi saling mendukung,” ujarnya.
Kepala Staf TNI AL (KASAL) Laksamana Marsetio mengatakan negara Indonesia yang merupakan negara maritim membutuhkan kekuatan pertahanan di laut, apalagi Indonesia memiliki 9 pintu masuk di jalur laut. Berdasarkan hasil penghitungan, minimum Indonesia harus memiliki 16 KCR-60 meter, 16 KCR-40 meter dan 12 kapal selam.
“Sekarang ini masih punya 2 kapal selam, satu dibangun di Korea Selatan, dan satu lagi akan dibangun oleh PAL Indonesia. Kami berharap semua kebutuhan kapal bisa dibangun di PAL Indonesia katanya.
Adapun saat ini, PT PAL Indonesia menerima pesanan kapal cepat rudal 60 meter dari Kementerian Pertahanan dengan total nilai proyek Rp375 miliar. KCR-60 yang pertama telah diserahkan kepada TNI AL, dan KCR-60 ke-2 sudah melalui tahap peluncuran dan KCR-60 ke-3 tengah dalam tahap pembangunan.
“Rencananya KCR-60 ke-2 akan diserahterimakan pada Juli 2014, sedangkan KCR-60 ke-3 diserahkan pada September 2014,” imbuh Direktur Utama PAL Indonesia M Firmansyah Arifin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar