Label

Selasa, 27 Mei 2014

ANDA PERCAYA, KAMI PASTI BISA

Awal mulanya istilah “kepentingan nasional” (national interest) mengacu pada bahasa Perancis raison d’Etat, atau dalam bahasa Inggris, reason of the state, yang secara sederhana diartikan sebagai, alasan-alasan utama eksistensi suatu negara. Pengertiannya tidak berhenti di situ, akan tetapi tersirat di dalamnya apa tujuan yang akan dicapai oleh negara tersebut serta ambisi-ambisi yang terkandung di dalamnya, apakah mengenai ekonomi, militer, budaya dan sebagainya.
Karakteristik utama sistem ini adalah pemeliharaan keseimbangan kekuatan (balanced of power),adanya suatu pemerintahan yang terpusat dan diakui/sah, teritori dengan batas-batas yang jelas, rakyat yang umumnya memiliki asal usul yang sama, bahasa yang sama serta berbagai bentuk budaya yang mengikat. Negara bangsa menjadi instrumen dari kesatuan nasional, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan budaya dan lain sebagainya.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kepentingan nasional suatu negara bangsa berkembang juga menjadi sangat beragam, namun yang paling umum dan utama yang secara pasti dianut oleh banyak negara adalah: eksistensi dan kelangsungan hidup negara, kesejahteraan rakyat/bangsa serta KEAMANAN.

Pertanyaannya lalu dimana kepentingan nasionalnya dan dimana kedudukannya terhadap konsep bernegara di atas? Salah satu rumusannya terdapat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara yang dikeluarkan oleh Presiden pada tanggal 26 Januari 2008. Dalam Perpres tersebut kepentingan nasional kelihatannya sudah diposisikan pada tempatnya yang sebenarnya, karena selain menjadi landasan pertahanan Negara.
Dalam Perpres No. 7 tahun 2008 tersebut, telah ditetapkan kepentingan nasional Indonesia dalam tiga strata yaitu:
Mutlakkelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, berupa integritas teritorial, kedaulatan nasional dan keselamatan bangsa Indonesia.
Pentingberupa demokrasi politik dan ekonomi, keserasian hubungan antar suku, agama, ras dan golongan (SARA), penghormatan terhadap hak azasi manusia, dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.
Pendukungberupa perdamaian dunia dan keterlibatan Indonesia secara meluas dalam upaya mewujudkannya.
Dari strategi keamanan nasional inilah kemudian dijabarkan lagi kedalam strategi bidang-bidang lain seperti politik, ekonomi, militer, intelejen, sosial budaya dan sebagainya. Strategi militer nasional akan menjadi dasar penyusunan atau perencanaan pembangunan kekuatan pertahanan/militer dengan pengertian bahwa kekuatan militer negara adalah kekuatan inti pertahanan.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia telah menetapkan bahwa postur pertahanan tahun 2010-2029 diarahkan untuk membangun kekuatan yang bertaraf “Minimum Essential Force” (MEF). Terjemahan bebasnya barangkali menjadi; kekuatan pada tingkat minimum yang dapat diandalkan. Kekuatan (Force)disini berkonotasi pada jumlah Alat Utama Sistem Senjata (alutsista) TNI termasuk personilnya serta pendukungnya dari ketiga Angkatan Darat, Laut dan Udara.

Kehadiran MEF ini juga menjadi jalan strategis memantapkan kekuatan pertahanan bahwa pengadaan Alutsista TNI akan diupayakan dari industri pertahanan di dalam negeri. Dalam rangka modernisasi Alutsista, Kemhan dan TNI akan sepenuhnya mengikuti kebijakan pemerintah menggunakan secara optimal produksi industri pertahanan dalam negeri. Kebijakan tersebut amat strategis, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain seperti yang tertuang di UU Nomer 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Saat ini pemerintah menjadikan industri pertahanan dalam negeri menjadi prioritas pengadaan. Industri pertahanan dalam negeri pun diikutsertakan dalam penyusunan Rencana Induk kebutuhan Alpalhankam untuk mengetahui kemampuan saat ini. Salah satunya PT Pindad, perusahaan BUMNip ini memproyeksikan mampu memenuhi kebutuhan kendaran tenpur sebanyak 452 unit. Kebutuhan ini meliputi Panser 6×6 (332 unit), Ranpur roda rantai (45 unit), ranpur roda ban (71 unit) dan Tank Amphibi (14 unit).

Di tahun 2014 Perusahaan yang berdomisili di Bandung ini sedang menyiapkan sertifikasi Tank Kanon dan rencana pada tahun 2016 untuk tank kanon amphibi. Agar bisa meningkatkan kemampuan produsen peralatan pertahanan, Pindad pun menggandeng sejumlah perusahaan internasional. Kerjasama ini diharapkan membantu misi Pindad yaitu “Menjadi Produsen Peralatan Pertahanan dan Keamanan terkemuka di Asia pada tahun 2023,”.

Kerjasama Internasional PT. Pindad
Tidak hanya PT. Pindad, dibidang Radio Detection and Ranging atau radar sejumalh perusahan tanah air juga melakukan kerjasama Internasional seperti PT. Inti yg mendapatkan pori pekerjaan sebanyak 40% dengan Northrop Grumman, PT. CMI yg dinilai dunia Internasional berhasil menghasilkan produk baik dan dipilih oleh Lockheed Martin sebagai mitra kerjasama, dan sejumlah perusahaan lainnya seperti InfraRCS Indonesia, IRCTR-Indonesia, dll.

Lalu bagaimana dengan PT. Len, perusahaan radar BUMNip? Sama seperti yg lain, PT. Len juga bermitra dengan sejumlah instansi dalam negeri seperti LIPI, BPPT, maupun perusahaan swasta lainnya. Tidak hanya itu, sejumlah perusahaan Internasional juga menjadi mitra dalam pengembangan teknologi radar maupun elektronik pertahanan lainnya seperti SAABThales UKSelex ES, dll. Saat ini PT. Len sedang focus mendirikan pabrik industry photovoltaic atau yang dikenal Len Technopark yang dibangun untuk mengejar Visinya yaitu “Menjadi perusahaan elektronik kelas dunia,” bisa tercapai.

“Saya optimis di tahun 2016, kita dapat membuktikan
kepada semua pihak khususnya Negara
bahwa Len siap Go Public,”…
(Andra Y. Agussalam-Direktur Keuangan PT. Len)

Salah satu peneliti mengatakan begini, “Ketika user atau pemerintah percaya, kami pasti bisa semangat pun  akan membara untuk membuktikan bahwa kami bisa memberikan terbaik untuk bangsa dan masyarakat kita,”Semoga upaya-upaya yang telah dilakukan oleh segenap komponen bangsa dalam menguasai teknologi pertahanan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan disegani oleh dunia internasional. 

“Ketika user atau pemerintah percaya, kami pasti bisa semangat pun akan membara untuk membuktikan bahwa kami bisa memberikan terbaik untuk bangsa dan masyarakat kita,”.

Saat ini ada 5 isu strategis nasional, yaitu Ancaman Konvensional dan Non-Konvensional, Kondisi Geografis Indonesia, Gangguan Kemanan maish cukup besar, Permasalahan Perbatasan dan Kemandirian Masih Terbatas. Berhubungan dengan judul artikel maka kita akan membahas tentang KEMANDIRIAN MASIH TERBATAS.
Untuk mengejar kemandirian dan penguasaan teknologi, pemerintah membuat 7 program kemandirian industri pertahanan, yaitu Pembangunan Industri Propelan Nasional, Pengembangan Kapal Selam, Pengembangan Pesawat Tempur (IFX), Pengembangan Roket dan Rudal Nasional, Pengembangan Kapal PKR atau Frigate Nasional, Pengembangan Radar Nasional, dan Pengembangan Tank Nasinal (medium).  

Energetic Material Center (PT. Dahana)
Pembangunan Industri Propelan Nasional
Sudah 20 tahun lamanya, PT Dahana menunggu momen ini. SDM dan lahan pun sudah disiapkan agar kemandirian pabrik propelan dalam negeri bisa tercapai. Akhirnya dalam beberapa tahun kedepan Indonesia bakal mempunyai Pabrik Propelan yg dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selama ini kebutuhan kita sebesar 400-500 ton pertahun, dan 100% bahan baku propelan ini didatangkan dari PB Clermont, Belgia. Melalui perjanjian kerjasama dengan yg ditandatangani sejak tahun 2011 antara Pemerintah Indonesia dan Perancis, akhirnya pada tahun ini dilakukan MoU b to b antara PT Dahana dengan Eurenco dan Roxel Perancis.
Proyek pembangunan pabrik propelan ini akan dibangun di Subang, Jawa Barat di lahan seluas 50 ha. Pembangunan akan memakan waktu kurang lebih empat tahun. Kerjasama ini akan dilaksanakan sebelum HUT TNI tanggal 5 Oktober tahun ini dan direncanakan selesai dan mulai produksi pada tahun 2018.  Untuk porsi pembagiannya PT Dahana sebesar 51% dan konsorsium Roxel serta Eurenco sebesar 49%.

Pembuatan Booster
Pabrik propelan ini diharapkan mampu memproduksi, nitrogliserin sebanyak 200 ton/thn, propelan double base Munisi Kaliber Kecil, khusus dan besar sebanyak 400 ton/thn, propelan double base roket sebanyak 80 ton/thn dan propelan komposit sebanyak 200 ton/thn.
Selama ini, untuk bahan peledak pertahanan PT Dahana baru mencakup Bulk & Catridge Emulsion, ANFO, Detonator, Shape Charged / TRL-7, dll. Diharapkan kedepan produksi bahan baku peledak ini dapat memenuhi kapasitas sekitar 1.700-an ton agar bisa diekspor ke negara lain, karena pabrik ini masih jarang di dunia Internasional.


Prototipe Short Range Cruise Missile
Pabrik propelan ini diharapkan dapat mendukung kemandirian Roket dan Rudal Nasional. Karena seperti diketahui, Roxel Perancis adalah perusahaan yg memiliki keahlian khusus seperti misil taktis, cruise weapons, roket, guided airbone bombs, ramjet dan teknologi sensitif mesiu. Sedangkan Eurenco perusahaan yg mengembangkan, menyediakan, memproduksi aneka ragam bahan energetick untuk pertahanan dan pasar komersial.


Punya Pabrik Bahan Baku Peledak, RI Bisa Hemat Rp. 1 Trilliun

Prototipe Anoa Versi Roket
Liputan6.com, Jakarta- Rencana pembangunan pabrik bahan baku peledak atau propelan di Subang, Jawa Barat oleh PT Dahana (Persero) dan dua perusahaan asing, Roxel France dan Eurenco akan menghemat anggaran triliunan rupiah per tahun. Pasalnya selama ini, Indonesia rutin mengimpor bahan baku peledak dari Belgia setiap tahun.
Demikian disampaikan Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Pertahanan, Silmy Karim dalam konferensi pers di kantornya.
“Saat ini, kita impor propelan dari Belgia saja. Makanya diharapkan kita bisa mandiri dalam memproduksi alat pertahanan dan keamanan dalam negeri,” ucapnya, Senin (26/5/2014).
Jika Indonesia dapat memproduksi propelan dan spherical powder di pabrik tersebut, kata Silmy, negara ini akan menghemat Rp 1 triliun per tahun.
“Ini merupakan hal yang istimewa karena kebutuhan bahan baku peledak setiap tahun meningkat, sehingga kalau bisa buat sendiri di dalam negeri maka penghematan Rp 1 triliun itu sangat signifikan,” tuturnya.
Sementara Direktur Utama Dahana, F Harry Sampurno mengatakan, bahan baku yang dihasilkan dari pabrik propelan itu nantinya akan diserahkan ke PT Pindad (Persero), BUMN manufaktur yang memproduksi alutsista atau perlengkapan perang.
“Tadinya kan impor 100% bahan baku peledak untuk buat peluru, dan kalau ini sudah ada (isiannya), ini akan diserahkan ke Pindad untuk jadi peluru. Karena Pindad sudah sebagian besar memproduksi peluru,” jelasnya.
Kebutuhan propelan, tambah Harry, terpaksa diimpor karena Indonesia tak mempunyai bahan baku tersebut. Bahkan di seluruh dunia, bahan baku peledak sangat jarang ditemui.
“Cuma ada di Belgia dan beberapa tempat, tapi makin lama makin sulit transportasinya. Kebutuhan setiap tahun 400-500 ton, dan makin nambah dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.
Dia berharap, dengan pembangunan pabrik propelan senilai 400 juta euro tahap pertama ini dapat mendongkrak kapasitas produksi bahan baku peledak sekitar 1.500-1.700 ton per tahun.
“Kalau ada lebihnya bisa kita ekspor ke seluruh negara yang buat peluru, seperti Prancis, Malaysia dan lainnya. Mereka kan nggak buat,” tandas Harry. (Fik/Ndw)
(Nurseffi Dwi Wahyuni)
Sumber : Liputan6.com


 Produksi Bahan Baku Roket, BUMN Pembuat Bom Ini Gandeng Perusahaan Prancis

(Detik.com)
Jakarta -Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pembuat bahan peledak, PT Dahana (Persero) menggandeng perusahaan produsen propelan asal Prancis, yaitu Eurenco dan Roxel. Propelan merupakan bahan baku untuk pembuatan peluru, roket, peluru kendali hingga untuk amunisi.

PT Dahana telah ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang akan memproduksi propelan.

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Badan Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim menerangkan selama ini, Indonesia tergantung produk propelan impor. 

Selama ini, Indonesia mengimpor 100% bahan baku amunisi hingga roket tersebut dari Belgia setiap tahun. Target pendirian pabrik propelan ini, agar Indonesia bisa menjadi negara mandiri di bidang pertahanan.

“Itu bagian program nasional yang diputuskan jadi prioritas wajib dimiliki Indonesia dalam waktu dekat. Pabrik di Subang, itu milik fasilitas Dahana. Ada 3 jenis propelan akan diproduksi tahap awal yakni amunisi kaliber kecil, roket, dan peluru kendali,” kata Silmy pada acara press conference di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Pabrik propelan ini akan dibangun pada area pabrik Energetic Material Center (EMC) milik Dahana di Subang Jawa Barat. Alokasi lahan untuk pabrik propelan sebanyak 50 hektar.

Pembangunan pabrik propelan dibagi menjadi 2 tahap, tahap I akan dibangun bertepatan HUT TNI tanggal 5 Oktober 2014. Masa pembangunan hingga produksi membutuhkan waktu 40-50 bulan.
Dahana dan konsorsium perusahaan Prancis mengeluarkan anggaran 400 juta euro untuk pabrik tahap I. Targetnya produksi perdana propelan bisa dilakukan mulai 2018.

“Butuh 400 juta euro untuk fasilitas pabrik tahap pertama. Itu anggaran BUMN dan pinjaman perbankan. Nanti ada 7 total propelan yang diproduksi. Tahap awal 3 dulu,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Dahana Harry Sampurno menyebut untuk mendukung produksi propelan, pihaknya mulai membangun industri hulu dari propelan. Dahana sedang membangun fasilitas pembuatan Asam Nitrat Pekat dan Asam Sulfat Pekat (NAC/SAC) di Subang.

“Ini sangat strategis karena menjadi hulu dari industri propelan yang sudah dicanangkan sejak akhir 2010,” kata Harry.

Targetnya ketika Indonesia sudah mampu memproduksi bahan baku roket, misil hingga amunisi, maka akan diperuntukan untuk menyasar pasar ekspor. 

Pada produksi tahap awal, Dahana mampu memproduksi nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, spherical powder sebanyak 400 ton/tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton/tahun dan propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun.

“Amunisi kaliber kecil untuk Polisi hingga TNI. Kedua untuk meriam TNI (MKB), kemudian roket macem untuk pertahanan dan cuaca. Setelah itu kemungkinan ekspor,” katanya.
Sumber : Detik.com


By : Jalo dan berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar