“Yaa Garuda Pancasila
adalah lambang negara Republik Indonesia. Garuda yang mulai mengepakkan
sayapnya yang sudah lama terpasung. Garuda harus mulai terbang setelah terbius
oleh kekuatan kekuatan yang tidak menginginkannya untuk bangkit.
Tulisan ini terinspirasi
oleh komentar Bung Nara bahwa bila Potensi Sonotan, Sonora dan upil dijadikan
satu, Mamarika akan tetap memilih potensi Indonesia.
Burung Garuda mungkin
hanya sebagai mitos, ada yang meyakini bentuknya mirip dengan elang jawa. Kisah
burung Garuda diceritakan di dalam kitab Mahabarata dibagian pertama Adiparwa.
Dalam kitab itu diceritakan Garuda adalah anak dari Begawan Kasyapa yang
mempunyai dua istri yaitu: Sang Kadru dan Sang Winata.
Setelah
sekian lama berumah tangga mereka tidak juga mempunyai anak maka Kasyapa
memberikan seribu telur kepada Sang Kadru dan memberi dua telur kepada sang
sang winata. Telur milik sang kadru menjelma menjadi seribu ular sakti,
sedangkan milik sang winata belum menampakkan hasil. Karena merasa malu sang
Winata memecahkan satu butir telur dan munculah seekor burung kecil yang belum
sempurna bentuknya, cacat tidak berkaki, dan diberi nama Anaruh. Telur yang
tinggal satu dijaga dengan sungguh sungguh oleh sang winata.
Suatu
hari sang winata kalah bertaruh dengan sang kadru karena dicurangi, yang
konsekuensinya sang winata harus menjadi budak melayani sang kadru beserta
seribu ularnya. Akhirnya satu telur yang dijaga baik baik itu menetas menjadi
Garuda yang besar, gagah, bersinar dan SAKTI.
Untung
menolong ibunya Garuda menyanggupi perintah mengambil air Amerta (Air
Kehidupan) milik dewa Amerta yang dijaga para dewa dan dikelilingi api menyala
yang besar. Ibunya berpesan “Bila garuda menelan orang dan lehermu terasa panas
itu tandanya dewa Brahmana ikut termakan maka Muntahkanlah, karena beliau
seperti ayahmu begawan Kasyapa, dan kamu harus menghormatinya“.
Garuda
pun berangkat untuk mengambil Air amerta dan bertempur melawan para Dewa yang
menjaga air tersebut. Api menyala yang menjaga Air amerta dipadamkan dengan
disembur menggunakan air laut, maka berhasilah Garuda merebut air Amerta dan
diserahkan ke sang Kadru untuk menyelamatkan dan membebaskan ibunya.
Seribu ular sudah sangat senang melihat air amerta dan segera membebaskan sang
winata, tetapi garuda yang cerdik mengibas ngibaskan sayapnya agar ular yang
kotor itu pergi ke sungai membersihkan badannya dulu dan garuda membebaskan
ibunya dan pergi meninggalkan tempat itu sambil tetap membawa Air amerta.
Di
tengah perjalanan Garuda bertemu Dewa Wisnu dan meminta Amerta diserahkan
kembali ke para dewa dan akhirnya sang Garuda pun menjadi Tunggangan Dewa
Wisnu.
Makna
cerita di atas mengapa Garuda dipilih menjadi lambang negara kita dikarenakan
sosok Garuda yang mau berkorban mengeluarkan Ibunya dari penderitaan akibat
perbudakan.
Garuda
kita ibaratkan pemuda generasi bangsa ini yang mulai Besar (sumber daya manusia
yang berlimpah) Gagah (mempunyai identitas bangsa yang mandiri) Bersinar
(pemuda yang berbudi luhur) dan Sakti (Cerdas dan berpendidikan) yang rela
mati matian membebaskan ibunya (ibu pertiwi) dari cengkraman penjajahan
putih bangsa asing yang sudah lama mengeruk sumberdaya Indonesia dan tetap
menghormati ayahnya yang dilambangkan sebagai angkasa dan Ibunya (wanita) Tanah
tempat kita berpijak.
Bila
Garuda kita Ibaratkan TNI yang siap membela ibunya maka Garuda yang Besar
(Jumlah personil yang melimpah), Gagah (berjiwa sumpah prajurit dan bersapta
marga) Bersinar (dihormati karena Bhirowo Anurogo) dan SAKTI (Alutsista nya
yang mumpuni).
Garuda
pernah membebaskan ibunya ditahun 1945 dari penjajahan yang telah dialami
ratusan tahun, tetapi Garuda pernah dibius dan dininabobokan sejak masa orde
baru. Garuda mulai bangkit dipertengahan tahun 1990an mulai mengepakan sayap
dan cakarnya tetapi kembali dibius secara paksa agar tidak bisa membela Ibu dan
Ayahnya yang digonjang ganjing dan dipaksa menelan perjanjian LOI IMF agar
tetap menjadi Budak sapi perahan asing dan membuka Gudang harta karun pasar
indonesia yang maha dahsyat.
Garuda
yang matanya terbuka tetapi badannya lumpuh hanya bisa melihat, mengeluarkan
airmata, dan REMUK hatinya melihat ibu dan ayahnya kembali terjebak dalam
penjajahan yang tidak bisa dibelanya. Asing menganggap ibu dan ayah Garuda
adalah Intan dan Permata yang gampang dijarah dan tidak berharga karena mudah
dikangkangi karena tidak ada pembelaan dari sang anak Garuda yang sedang
Lumpuh.
Saat
ini Garuda mulai Besar karena kaki kakinya dan sayapnya yang lumpuh
mulai.sembuh ,,Gagah karena sumber daya manusianya semakin teruji dan berkualitas.
Bersinar karena, bulu bulunya mulai memancarkan sinar keemasan menunjukan semua
aji aji kesaktiannya mulai kembali ampuh tetapi tetap Bhirowo Anurogo. Sakti
karena alutsistanya mulai berdatangan baik yang tampak maupun tidak
tampak.
Garuda
siap MENGHENTAK dengan tak terduga kembali membela ibunya dan menghormati
ayahnya agar terlepas dari penjajahan untuk kemerdekaan sepenuhnya.
Asing
sebenarnya tahu bahwa Garuda sudah tidak lumpuh lagi tetapi asing belum melihat
hentakan sang garuda, asing tahu diri mulai bersikap manis dengan menawarkan
banyak bingkisan berbalut hibah, retrofit, TOT dan lain sebagainya kepada sang
ibu dan ayah untuk dipersembahkan kepada sang Garuda agar tidak menghentak dan
menerkam, tetapi asing tetap asing yang serahkah dengan prinsip ekonominya
memberi sedikit menginginkan hasil yang banyak, tetapi paling tidak asing sudah
tidak menganggap ibu dan ayah garuda mudah dikangkangi seperti dulu saat Garuda
menangis tetapi tidak berdaya, karena Garuda sudah siap menerkam.
Garuda
harus pandai menerima persembahan persembahan dari asing yang banyak gula gula
yang kadang terlalu manis atau terlihat manis tetapi bahan dari obat pemanis
karena akan merusak kesehatan jangka panjang sang Garuda itu sendiri, Garuda
juga harus pandai menciptakan kesaktian sendiri dengan ajian ajian dalam
negeri.
Kami
rakyat mendukung bangkitnya sang Garuda agar segera mengepakkan sayap dan
merentangkan kukunya membela ibu dan ayahnya agar asing tidak mudah
mengangkangi dan sopan dalam beretika walaupun belum terbebas dari penjajahan
putih sepenuhnya, Ayah dan ibunya sudah melewati masa pemilu yang ditakutkan
mencerai beraikan bangsa ini, tinggal menunggu selangkah lagi mengawal Pilpres
agar terpilih pemimpin yang mampu seperti Dewa Wisnu yang menunggangi Garuda yang
terbang dengan Gagahnya. Amin dan semoga terlaksana.
Tetapi
ada yang kita lupakan bagaimana dengan saudara tiri Garuda yaitu seribu ular
yang kotor yang biasanya mendukung asing tetap menjajah Ibu Garuda dan
serakah dengan Air Amerta (Air Kehidupan milik para dewa), bagaimana Garuda
menyikapinya ? (By
Satrio)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar