Label

Minggu, 29 Juni 2014

Opini LCS (2)


Asean dibentuk setelah pak Karno lengser,,dengan harapan tidak ada nusantara jilid II terjadi dikawasan ini,,Dan itu adalah langkah langkah USA dalam mengkondisikan geostrategis kawasan ini setelah menjinakkan gerakan komunis di selatan ,dan menyekat dan diikat dalam Asean,, untuk membendung pengaruh Komunis yang terus mengalir dari Utara dan masih di hadang oleh USA di vietnam,,

Ingat pada tahun 1967 Asean terbentuk militer siapa yang paling kuat diselatan ??
dan pendiri pendirinya adalah kumpulan negara yang pro barat diera perang dingin ..
Asean adalah sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan DAMAI..

Salah satu poin di Piagam Asean yaitu berbunyi :
-Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan lain dalam cara yang tidak sesuai dengan hukum internasional;
tetapi juga dipiagam asean ada point yang berbunyi
- Tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan, termasuk penggunaan wilayahnya, dan dikejar oleh Negara Anggota ASEAN atau non-ASEAN Negara atau aktor non-negara, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi ASEAN Negara-negara Anggota;

Asean bermetamorfosis menjadi kekuatan kawasan yang diperhitungkan sejak masuknya negara negara non pendiri yaitu brunei dan termasuk negara negara komunis .. apalagi sekarang negara pada mendaftar dan belum dimasukan asean yaitu Bangladesh,,Palau, Papua Nugini, Republik China (Taiwan),,dan Timor Leste..

Terlihat bahwa USA ingin negara negara yang pro barat bisa masuk ke asean yang sudah tidak mudah dikendalikan lagi,,karena sudah ada pengaruh china di negara negara asean,,
Di internal asean lagi berebut pengaruh dan saatnya Indonesia menguatkan ekonomi dan militernya agar bisa menjadi pemimpin Asean yang netral dan di segani,

Pak SBY setelah lengser bisa didaulat menjadi Sekjen Asean hehehehehehee

Mengenai Nine dash line yang meningkat menjadi sepuluh garis putus..
Saya melihatnya adalah tekanan China terhadap Indonesia berkaitan dengan Pilpres,,
Setelah tahu salah satu Capres mengatakan tidak ada masalah dengan china mereka menjawab masih ada masalh lho .. jangan dianggap enteng,,,dan tolong diperhitungkan kepentingan kami negara China,,
dan semua Capres diharapkan jangan melupakan kepentingan china juga harus diperhatikan jangan kepentingan barat saja,,?
Analisa liar saya ..China bertindak demikian dikarenakan Jagoan capres yang paling digadangnya sudah kalah gak bisa ikut pilpres.dan sekarang ngumpul disalah satu kubu kok tidak menyuarakan kepntingan china ? ayo jangan lupa dulu saat Pileg china membantu lhoo kok diem aja setelah bergabung disalah satu kubu hehehehe maaf ngawur.

Analisa LIAR saya yang lain
China lagi membantu TNI membuat “ancaman” untuk alasan penguatan alutsista dan alasan Natuna dibuat Pearl Harbour nya Indonesia,,dengan adanya Musuh (walau tersamar) maka barat ,PBB ataupun negara kawasan bisa memaklumi bila kita beli api belakang,cocor bebek,Bremen,Kilo rasa jerman, dll,.
Apa keuntungan bagi china membantu Indonesia ?? Bila Natuna menjadi pearl harbour dan FIR bisa direbut oleh Indonesia dari singapura,, maka china lebih senang berhubungan dengan Indonesia daripada Fir diatur oleh sigapura,,

Bagi china bila Indonesia bisa BERDAULAT akan Laut dan Udaranya sendiri,, maka china bisa bernapas lebih lega karena Indonesia netral dan ini berkaitan dengan kontrol udara ,dan laut dijalur ALKI dan Selat malaka..juga sebagian LCS,

IMHO maaf analisa sekelas tukang warnet saja yang mencoba mengunyah
Daya tawar Indonesia sebagai penyeimbang yang besar dan Netral harusnya diekspolarasi untuk kepentingan nasional kita,, dan ini dimanfaatkan betul pemerintah sekarang untuk pengutan alutsista di program MEF,,

Momen dan kebijakan politik luar negeri yang sudah bagus harusnya di teruskan oleh siapapun capres yang terpilih,,
Jangan menggampangkan dengan bilang LCS bukan masalah dan juga jangan teriak teriak nasionalisasi dan bocor saja,,

Karena ada cara yang cerdas meningkatkan pengaruh Indonesia dikawasan,
dan ini sedang dibangun saatnya melanjutkan dengan cara cerdas juga.

By Satrio (JKGR)



Opini LCS (1)


China adalah ancaman namun jangan lupa ancaman terhadap kedaulatan dan kepentingan Indonesia juga datang dari Amerika. Keduanya adalah suatu masalah penting akan tetapi tidak perlu dihadapi dengan paranoia berlebihan, ada banyak jalan menuju Roma. Saat ini seluruh negara – negara yang terlibat dalam teather pasifik sedang menyusun peta politiknya masing – masing, adalah terlalu dini untuk menetapkan “siapa bersekutu dengan siapa”, maka strategi politik luar negeri Indonesia untuk netap netral –million friends zero enemy– sudah sangat tepat! 

Sebagaimana negara lainnya Indonesia pun perlu untuk menata langkah bidak caturnya agar tidak larut dalam permainan kepentingan negara lain. Tentunya kita tidak ingin Indonesia membuat suatu langkah yang “gegabah” atau terburu buru, sebab setiap langkah Indonesia akan memiliki pengaruh langsung dan implikasinya akan kembali lagi pada Indonesia.
Mengatakan Indonesia linglung menyambut uluran tangan Jepang sama saja seperti mengatakan “negarawan kita tidak tahu cara berpolitik internasional“ dan kebijakan politik Indonesia selama ini adalah salah. Jika memang benar langkah kebijakan Indonesia selama ini adalah salah dan hanya bersifat oportunistik, maka akan timbul pertanyaan – pertanyaan seperti, “mengapa Indonesia mendapat penghormatan oleh negara – negara kawasan, mengapa ada banyak negara justru berusaha mendekat pada kita dan mengapa pula mereka menaruh harapan yang tinggi pada Indonesia?” 

Semua itu tidak lepas dari keputusan Indonesia untuk secara konsisten menjadi netral dalam wacana mengimplementasikan kebijakan luar negeri seperti yang termaktup dalam UUD’45. Kebijakan politik luar negeri Indonesia selama ini adalah bukti kedaulatan dan kemerdekaannya sebagai negara, bukan kebijakan boneka alat kepentingan asing!!!

Melibatkan diri dalam konflik secara gegabah hingga jauh keutara lalu menggandeng salah satu pihak jauh hari sebelum peta konflik menjadi jelas, itu sama saja dengan menceburkan diri dengan senang hati kedalam kepentingan asing, seperti ABG ikut rusuh – rusuh demo partai politik. Sebelum membuat langkah adalah perlu diketahui dimana posisi dan peran Indonesia, kekuatan-kelemahan-tantangan-ancaman saat ini dan kedepan. Kita harus secara realistis melihat dan menilai diri kita, rasa jumawa hanya akan mengundang malapetaka pada diri sendiri dan jumawa terbukti bukanlah sifat Indonesia. Sabar bukan berarti lemah, cerdik bukan berarti tidak tanggap, bijak bukan berarti bodoh, dan tegas itu bukan dengan bersikap adigang adigung adiguna. Sederhananya inti dari kebijakan Indonesia adalah bagaimana melewati konflik dengan “selamat” bersama tetangga dekat, sebab kita tidak akan bisa hidup dengan tenang jika tetangga sebelah rumah selalu ribut dan rusuh.

Permasalahan yang berpusar disekitar LCS tidak lepas dari unsur kepentingan atas SDA, SLOC dan hegemoni politik, keterlibatan Jepang dan Amerika pun tidak lepas dari itu. Untuk saat ini Indonesia tidak berada dalam posisi “sangat membutuhkan” sekutu khusus, jikalaupun Indonesia harus bersekutu maka itu hanya akan dilakukan pada saat yang tepat dengan pihak yang tepat. Bukan dengan tanpa tedeng aling-aling menunjuk salah satu pihak sebagai sekutu karena emosi galau sesaat seperti sonora. 

Kebijakan China memang menjadi ancaman terutama karena mereka menyatakannya dengan jelas, tapi apakah kemudian kepentingan negara lain tidak menjadi ancaman bagi Indonesia hanya karena mereka tidak pernah menyatakannya dengan lantang seperti China?! Tidak ada jaminan jika Jepang ataupun Amerika tidak akan menusuk Indonesia dari belakang dikemudian hari. Kembali lagi, keputusan Indonesia untuk netral adalah sebentuk ketegasan politik, netralitas Indonesia diwujudkan dalam bentuk peran aktif positif di kawasan yang dilakukan dengan bijak. Hasilnya Indonesia mendapatkan hegemoni politik yang jelas dikawasan tanpa harus memamerkan otot dan wajah angker. Netral bukan berarti tidak peduli, kita hanya bermain cantik tapi bukan oportunistik seperti munafik!

MEA bukanlah wacana politik namun wacana ekonomi, terlepas dari kebijakan politik masing – masing selama diantara negara ASEAN tidak saling berperang maka MEA akan terus berlanjut. MEA juga merupakan perwujudan semangat ASEAN untuk mendorong dan meningkatkan perekonomian masing – masing. Sebentuk kesadaran kolektif untuk secara bersama – sama memajukan diri, bisa dikatakan pula MEA adalah buah harapan ASEAN namun bukan berarti menyatukan ASEAN dalam satu pandangan politik yang sama. 

Perumpamaan sederhananya “mau saudara, teman atau musuh, dagang ya dagang, duit ya duit”, inilah wujud produk oportunistik kolektif ASEAN. MEA bisa dianggap pula sebagai tonggak persatuan ASEAN, sebuah sarana untuk membangun rasa saling kepercayaan melalui hubungan ekonomi. Jika MEA berhasil maka tidak hanya akan memberikan dampak ekonomi positif tapi juga akan memberikan daya tawar politik kolektif bagi ASEAN. Satu – satunya ancaman terbesar kegagalan MEA adalah jika Indonesia menarik diri keluar dari MEA, sebab Indonesia adalah pasar dan pemain terbesar yang menjadi pondasi MEA. Dan karena Indonesia juga masih memiliki kepentingan untuk mengembangkan ekonominya, maka bisa dipastikan Indonesia akan terus memberikan dukungannya agar wacana MEA terus bergulir.

Salam

by STMJ (JKGR)


Sea Trial Perdana KRI Bung Tomo-357 Di Royal Navy Exercise Area


MRLF Bung Tomo class (photo : Militaryphotos)

Suhu udara dan terpaan angin yang kencang menusuk tulang belulang, jam saat itu telah menunjukan pukul 21.30 local time bersamaan dengan pergerakan sejumlah cawak KRI Bung Tomo 357 mengikuti pelayaran perdana dengan MRLF (Multy Role Lihgt Fregate) KRI Bung Tomo-357 yang akan melaksanakan sea trial di Royal Navy Exercise Area perairan Glasgow, Inggris, Senin (7/4).

Sebelum menuju laut lepas, Dansatgas Kolonel Laut (P) Nyoman Sudihartawan beserta para Perwira Pengawas memberikan briefing kepada crew yang akan mengikuti sea trial.  Mr Manfred Knore selaku Manager Proyek dari Lursen juga turut serta dalam kegiatan tersebut. Diperkirakan jam 02.30 dinihari waktu setempat, dimana pasang tertinggi terjadi dan sejumlah pintu dock dapat dibuka untuk melepas kapal yang akan berlayar ke lautan lepas.

Setelah melewati pintu terakhir kapal melesat ke arah utara menuju perairan Glasgow. Analisa performa terhadap kinerja IPMS (Integrated Platform Management System) oleh Mr.Prasad Shiva selaku programer yang didatangkan khusus dari Kanada mulai dilaksanakan, keempat MPK (Mesin Pendorongan Pokok) diuji kemampuannya pada berbagai balingan apakah hal tersebut dapat dikontrol oleh program yang telah dilaksanakan up gradding beberapa waktu sebelumnya.

Kesempatan Sea Trial tersebut diutamakan untuk melaksanakan pengecekkan terhadap performa system pendorongan termasuk system control IPMS dimanfaatkan untuk memahami karakter kapal oleh para Cawak (Calon Awak Kapal). Pengujian Crash Stop dari Full Ahead langsung Full Astern dilaksanakan untuk mengetahui diameter taktis kapal dan menguji kehandalan, kapal maju penuh dengan menggunakan 4 (empat) MPK mencapai 30 knot dan crash stop sampai kapal berhenti pada jarak 650 yard selama 2 menit 30 detik.

Pengambilan data dan pengujian juga dilaksanakan untuk mengukur noise level di ruang ABK belakang guna kepentingan kenyamanan awak dan untuk kepentingan setting IPMS mencari noise level terendah dari berbagai putaran propeller (RPM) dan sudut CPP (Controllable Pitch Propeller) untuk kepentingan peperangan AKS (Anti Kapal Selam).


Ditengah dinginnya udara di Perairan Utara Inggris, Mr. Rorre yang mantan Boostman disalah satu Fregate Royal Navy diminta untuk men drill Pelda Novim Susanto untuk mengoperasikan RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat). Hari terakhir pelaksanaan Sea Trial dilaksanakan untuk melaksanakan kalibrasi speed log dengan referensi menggunakan GPS (Global Positioning System) selanjutnya kapal bergerak ke selatan menuju Barrow in Furness untuk melaksanakan penyempurnaan dan perbaikan terutama pada pipa Heat Exchanger yang perlu dilaksanakan pengecekkan setelah dilaksanakan penggantian sementara di Fairly Quaey.

 “ ...Profesionalisme, Discipline, Dedication serta Effort yang ditunjukkan oleh teknisi asing selama berinteraksi lebih dekat di kapal  dalam beberapa aspek perlu kita tiru hal - hal yang kita anggap positif, kedatangan delegasi ke Inggris harus membawa dampak tidak hanya menyerap pengetahuan tentang hal - hal teknis yang ada di kapal namun berinterospeksi kepada diri kita masing - masing apakah kualitas kerja kita  sudah menyamai mereka atau belum, sehingga setiap saat kita selalu memperbaiki diri kita masing – masing. Saat ini kita mendapat mandat untuk fokus mempelajari kapal yang harus kita bawa ke tanah air dengan aman dan sukses sekaligus mengemban misi diplomasi angkatan laut di sejumlah negara yang akan kita singgahi, oleh karena itu mari kita songsong tugas itu dengan penuh semangat.....” demikian disampaikan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan, S.T. saat memberikan briefing dan evaluasi kegiatan saat memotivasi anak buahnya.

Kegiatan lainnya yang dilaksanakan setelah Sea Trial MRLF 2 antara lain adalah melaksanakan Classical dan praktek langsung di pesawat - pesawat, dari hasil evaluasi khususnya bidang Platform memang menunjukkan hal yang cukup menggembirakan karena Cawak dapat segera memahami system yang dihadapinya bahkan telah dilaksanakan drill prosedur start stop sejumlah pesawat yang ada di kapal. Cawak yang telah hadir di Inggris memang belum seluruhnya, baru 3 (tiga) Kadepsin dari ketiga kapal, 6 (enam) ekspert termasuk Kadep Eka) dan 9 (sembilan Key Personel termasuk Komandan KRI Bung Tomo 357) sisa cawak akan berangkat ke Inggris secara bertahap pada gelombang berikutnya. Untuk memahami secara teknis kapal baru diperlukan konsentrasi khusus sehingga pada saat kaderisasi awak pertama ini diharapkan dapat mentransfer pengetahuannya kepada ABK baru nanti, oleh karena itu setiap malam berbagai permasalahan yang diperoleh dibahas dan didiskusikan di kelas sehingga pemahamannya merata ke seluruh Cawak.

Kegiatan Jam Komandan secara periodik senantiasa dilaksanakan, demikian juga control terhadap cawak yang saat ini masih mengikuti KPPK di Kolatarmatim bukan menjadi hambatan karena dipisahkan jarak ribuan mil, pemanfaatan teknologi informasi berbagai layanan internet menjadi alternatif terpilih.

Sebagian teknisi asing yang dipercaya untuk menyiapkan ketiga kapal tersebut memiliki keahlian yang tidak diragukan lagi. Beberapa diantaranya merupakan ahli dari BAE atau pensiunan Royal Navy yang terjun langsung mengembalikan kesiapan kapal yang relatif belum dioperasionalkan sama sekali, oleh karena itu sebagian spare part perlu dilaksanakan penggantian dan kalibrasi ulang. Cawak mendapatkan kesempatan langka untuk langsung belajar bagaimana membongkar dan memasang serta mengukur silinder head dan setting to work Meriam 76 mm OSRG, Radar Scout / LPI dan AWS 9, EOTs, Sonar serta fire fighting yang ada di kapal.

Kehadiran MRLF melengkapi kekuatan TNI Angkatan Laut dalam waktu dekat diharapkan akan memberikan dampak strategis terhadap kredibilitas Indonesia pada tataran regional maupun global. Bangsa Indonesia telah tidak sabar menanti kehadiran kapal tersebut berlayar di seantero perairan Indonesia maupun dunia mengamankan kepentingan nasional Indonesia.

....Selamat Berlayar & Bertempur KRI Bung Tomo 357...fair the wind and bond voyage.......”

(Armada Timur)

Amunisi Meriam Caesar 155 Akan Diproduksi PT Pindad

Amunisi Meriam Caesar 155 Akan Diproduksi PT Pindad




Amunisi meriam Caesar 155 mm (all photos : Detik)

Roanne - Sambil menyelam minum air. Itulah yang dilakukan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam pengadaan modernisasi alutsista Indonesia. Membeli senjata, tidak hanya sekadar membeli, tapi juga menyerap teknologi. Sebagai contoh, dalam pembelian meriam Caesar 155 yang memiliki daya tembak 39 KM, Indonesia juga memiliki kerjasama dengan Nexter untuk memproduksi amunisinya bersama PT Pindad. 

Bagaimana rupa amunisi berkaliber 155 mm itu? detikcom berkesempatan melihat dan mencoba mengangkat amunisi berwarna hijau di bagian batangnya dan hitam di pucuknya itu. Wow! Sangat berat, berbobot 47 kg. Untuk membopongnya harus menggunakan dua tangan.

Amunisi berbentuk runcing ini terbagi menjadi dua. Bagian pertama adalah bagian tabung yang berisi mesiu. Bagian kedua adalah sumbu (fuse) yang terletak di bagian ujung yang runcing. Di bagian sumbu ini terdapat timer - berisi angka-angka -, untuk menetapkan kapan amunisi itu meledak setelah didorong oleh meriam. 

Beberapa contoh amunisi meriam Caesar 155 ini dihadirkan saat penyerahan 4 Caesar 155 di ruang workshop pabrik Nexter di Roanne, Prancis, Rabu (25/6/2014). Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin juga sempat berdiri lama melihat amunisi dan berbincang serius dengan pihak Nexter. 


Sjafrie telah mengingatkan Nexter agar segera dibahas mengenai koordinasi dalam pembuatan amunisi itu bersama PT Pindad, sebagai bagian dari kesepakatan yang telah ditandatangani. Saat diingatkan hal ini, M Mike Duckworth, Executive Vice President International Affairs Nexter, menyatakan sangat memahami hal ini dan siap melaksanakannya. 

"Tentunya ke depan kita akan kerjasama, Pindad akan berperan dalam membuat amunisi. Inilah target kemandirian industri pertahanan kita. Kita beli senjata, beli amunisi, kita pelajari juga bagaimana membuat amunisi. Mudah-mudahan 5 tahun ke depan Pindad sudah bisa membuat amunisi kaliber besar untuk meriam 155 mm dan bagaimana membuat amunisi besar untuk artileri lain," kata Sjafrie.

Sebelum meninggalkan pabrik Nexter, Sjafrie juga sempat berbincang serius dengan Duckworth dan mengundang Dirut PT Pindad Sudirman Said dan Danpusenarmed Brigjen TNI Sonhadji. Dalam perbincangan itu, lagi-lagi Sjafrie mengingatkan Nexter agar segera berkoordinasi dengan Pindad dalam kerjasama membuat amunisi. Sudirman Said sebagai dirut Pindad dan Duckworth menegaskan siap untuk berkoordinasi. 

Seperti diketahui, Indonesia membeli 37 unit Caesar 155 dengan biaya US$ 141 juta. Harga ini sudah termasuk dengan 2.000 amunisinya. Caesar 155 merupakan meriam berdaya tembak 39 KM yang terangkut truk, sehingga bisa lebih cepat bergerak.

(Detik)

Digandeng Rheinmetall, Pindad Bangun Pabrik Amunisi Leopard untuk Asia

Digandeng Rheinmetall, Pindad Bangun Pabrik Amunisi Leopard untuk Asia


MBT Leopard II TNI AD (photo : Detik)

Unterluss - Ada maksud strategis yang dilakukan pemerintah dalam pengadaan 180 unit tank Leopard dan Marder, produk Rheinmetall dari Jerman. Ternyata dalam pembelian tank berat ini pemerintah tidak hanya sekadar belanja, tapi juga bermaksud untuk pengembangan PT Pindad di masa yang akan datang.

Karena itu, dalam peninjauan ke pabrik Rheinmetall di Unterluss, Jerman, Wakil Menteri Pertahanan (Wamen) Sjafrie Sjamsoeddin mengajak serta Dirut PT Pindad Sudirman Said. Diharapkan, Sudirman Said yang baru dilantik awal Juni lalu itu bisa mendengar dan melihat bagaimana Rheinmetall memproduksi Leopard dan bisa segera merealisasikan kesepakatan kerjasama Rheinmetall dengan PT Pindad yang telah diteken sebelumnya.

"Kerjasama tidak hanya membeli senjata, tapi ada transfer teknologi untuk membangun kemampuan industri pertahanan dalam negeri," tegas Sjafrie dalam jumpa pers seusai penyerahan simbolis tank Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall, Unterluss, Senin (23/6/2014) sore.

Menurut Sjafrie, Rheinmetall bersama PT Pindad akan mengembangkan pabrik amunisi kaliber besar, sehingga amunisi Leopard yang memiliki canon 120 mm itu akan diproduksi di Indonesia. Bahkan, lanjut Sjafrie, nantinya PT Pindad akan menjadi pusat distribusi amunisi Leopard di seluruh Asia.

"Inilah yang menjadi target strategis dalam pengadaan alutsista kita. Kita tidak hanya membeli senjata, tapi juga menyerap sistem, sehingga kemandirian industri pertahanan itu bisa mendukung kemampuan pertahanan kita. Kita akan mandiri dan bebas dari kemungkinan-kemungkinan restriksi dari luar negeri," ujar dia.

Saat ditanya kapan realisasi PT Pindad membangun pabrik untuk amunisi Leopard, Sjafrie menyatakan MoU terkait kerjasama ini sudah ditandatangani. "Jadi nanti secara bertahap akan dilangsungkan kegiatan Dirut Pindad dan Rheinmetall," kata Sjafrie.

Dari kerjasama dengan Rheinmetall, diharapkan kualitas teknik dari industri pertahanan dalam negeri Indonesia juga akan semakin bertambah baik. "Kalau nanti Indonesia bisa menjadi pasar di Asia, kita bisa menjadi regional power di dalam market industri pertahanan. Ini yang kita jalankan," tegas dia.

Local Content untuk Leopard

Dalam pembuatan Leopard yang dipesan Indonesia, PT Pindad yang selama ini sudah berpengalaman dalam membuat tank dan panser Anoa, juga akan dilibatkan dalam pemasangan beberapa bagian, termasuk dalam sistem pendingin dan sistem komunikasi. Pelibatan ini merupakan bagian dari upaya mencari nilai tambah keuntungan untuk Indonesia dan transfer teknologi.

"Jadi, bagian-bagian yang belum dipasang di Jerman, akan dilaksanakan di PT Pindad, terkait local content-nya. Kalau kita beli persenjataan, kita harus pikirkan bagaimana industri pertahanan dalam negeri dapat nilai tambah. Nah salah satu nilai tambah itu adalah kegiatan-kegiatan teknik yang belum selesai di sini akan dilakukan di PT Pindad. Kita tidak keluarkan biaya, karena itu bagian dari kontrak," ujar Sjafrie.

(Detik)

Indonesia Akan Jadi Pusat Produksi Suku Cadang Leopard di Asia

Indonesia Akan Jadi Pusat Produksi Suku Cadang Leopard di Asia


26 MBT Leopard dan 26 Marder akan tiba di Indonesia pada September 2014. Total pengiriman 164 unit Tank Leopard akan selesai hingga 2016 (all photos : Detik)

TRIBUNNEWS.COM, JERMAN - Roll out and hand over batch pertama tank Leopard dilakukan, Selasa (24/6/2014),  di fasilitas pabrik pembuatan tank Leopard yang dimiliki Rheinmettal Landsysteme GmbH.

Pada upacara roll out dan handover ini diluncurkan secara simbolis 1 unit Leopard Main Battle Tank (MBT) dan 1 unit Marder yang dilakukan oleh Harald Westermann, Managing Director Rheinmettal Landsysteme GmbH, kepada Wamenhan, Letjen (Purn) TNI Sjafrie Sjamsoeddin.

"Revitalisasi dan modernisasi alutsista militer Indonesia adalah dalam rangka menjalankan tugas negara menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI," ujar Sjafrie dalam keterangannya.

Dikatakan menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu negara adalah sebuah hasil kerja militer dan non militer. "Kehadiran main battle tank Leopard di wilayah Indonesia ini   adalah bagian penting dalam menjalankan tugas ini," kata Sjafrie.

Sjafrie juga menyampaikan bahwa apa yang dilakukan hari ini merupakan catatan sejarah tersendiri dalam hubungan bilateral Indonesia-Jerman. 



"Pembelian unit tank Leopard diikuti oleh Nota Kesepahaman antara Rheinmettal dengan PT PINDAD (Persero) untuk Indonesia dapat memproduksi beberapa suku cadang tank Leopard," ungkap Sjafrie.

Ditegaskan kerjasama antara Pemerintah Jerman dan Indonesia ini diikuti oleh alih teknologi yang menguntungkan industri persenjataan, amunisi dan kendaraan alat tempur dalam negeri.

"Pindad akan kami jadikan pusat produksi dan distribusi suku cadang tank Leopard untuk wilayah Asia," ujar Sjafrie.

Dalam kesempatan yang sama Sudirman Said, Presiden Direktur PT PINDAD (Persero) menyatakan bahwa MoU sedang dipersiapkan antara kedua belah pihak. "Target kami MoU bisa ditandatangani kedua belah pihak di akhir Juli 2014," kata Sudirman.

Dalam pidato sambutanya Sjafrie juga mengapresiasi inisiatif yang telah dilakukan mantan KSAD, Jendral (Purn) Pramono Edhie Wibowo. "Pak Edhie selaku KSAD TNI saat itu mengajukan peremajaan alutsista dan mengusulkan pembelian main battle tank yang sebelumnya tidak dimiliki Indonesia," tutur Sjafrie.

Rencananya 26 main battle tank dan 26 marder Leopard akan tiba di Indonesia di September 2014. Total pengiriman 164 unit tank Leopard akan selesai hingga 2016.

(TribunNews)

BPPT Menargetkan Membuat Pesawat Nirawak MALE

Lima Tahun ke Depan, BPPT Menargetkan Membuat Pesawat Nirawak MALE



BPPT dengan dukungan dana dari Kementerian Pertahanan menargetkan dalam lima tahun mampu membuat MALE UAV yang mampu terbang lebih 20 jam sehari, ketinggian 20-30 ribu kaki, serta mampu membawa kamera dan radar. (photo : Shephard)

VIVAnews - Drone atau pesawat nirawak untuk pengawasan, menjadi topik hangat beberapa hari lalu, saat menjadi bahasan debar capres sesi ketiga antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Tak hanya seru di debat, topik drone juga ramai dibicarakan di sosial media.

Sejauh ini kemampuan Indonesia untuk mengembangkan teknologi pesawat nirawak itu sudah berjalan. Pengembangan teknologi pesawat nirawak itu dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kepala Program Pesawat Udara Nirawak (PUNA) BPPT, Joko Purwono, kepada VIVAnews, Senin malam, 25 Juni 2014 mengatakan institusinya sudah mengembangkan pesawat nirawak Wulung, yang tengah diproduksi, dan pesawat nirawak Sriti.

"Sedang diproduksi di PT Dirgantara Indonesia, Bandung dan digunakan Balitbang Kementerian Pertahanan," kata dia.

Menurutnya dengan kemampuan daya jelajah 200 km, PUNA Wulung bisa dimanfaatkan untuk pengawasan di perbatasan, misalnya di Kalimantan bagian Utara. Namun untuk pengawasan itu diperlukan dukungan base station, sebagai lokasi pendaratan pesawat nirawak itu.

"Pulau Kalimantan itu kan panjangnya sampai 2000 Km, itu harus ada base station. Setidaknya di Kalimantan butuh 4 base station," katanya.

Untuk menjangkau pengawasan seluruh wilayah Indonesia, menurutnya butuh 25 titik base station.

Joko mengakui selama ini pesawat nirawak yang dikembangkan masih untuk memasok untuk kebutuhan pengawasan di wilayah perairan Indonesia. Sama pentingnya, pengawasan di perairan didorong untuk menekan pencurian ikan.

Ditambahkan Joko, pesawat nirawak yang dikembangkan BPPT, masih memiliki keterbatasan yaitu ketinggian terbang, lama terbang dan muatan yang dibawa.

Wulung, jelasnya, hanya mampu terbang dengan ketinggian 12-14 ribu kaki, terbang 6 jam dan tak mampu terbang sampai di atas awan.

"Tidak bisa lihat (area pengawasan) jika  di atas awan. Kalau cuaca bagus (Tak ada awan) bisa terbang sampai 20 ribu kaki, tapi jangkauannya 150 km, dan di titik itu nggak bisa online kirim data," katanya.

Ia menambahkan pesawat nirawak Wulung mampu mengirimkan data pengawasan secara realtime dalam terbang ketinggian normal.

Untuk itu, BPPT dalam lima tahun mendatang manargetkan mampu kembangkan pesawat nirawak dengan kemampuan lebih dari Wulung. Pesawat itu dinamakan Medium Altitude Long Endurance (MALE).

Pesawat ini lebih besar dari Wulung, mampu terbang lebih tinggi dan memiliki kelengkapan fasilitas muatan untuk kebutuhan pengintaian.

Data terbangnya lebih dari 20 jam dalam sehari, terbang dalam ketinggian 20-30 ribu kaki.

"Muatannya bukan kamera saja, tapi radar untuk melihat benda di bawah awan," katanya.

Pengembangan pesawat nirawak MALE itu akan didanai oleh Kementerian Pertahanan.

(Viva)

Kapal Hidro Oseanografi Pesanan TNI AL

Kapal Hidro Oseanografi Pesanan TNI AL Dijadwalkan Datang Januari 2015



Kapal Hidro Oseanografi OCEA OSV190 SC WB mempunyai panjang total 60,10 m (image : Gican)

Indonesia Beli 2 Kapal Survei Canggih TNI AL US$ 100 Juta

Les Sables d'Olonne - Survei dan pemetaan laut menjadi faktor penting bagi pertahanan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli dua kapal survei canggih dan berteknologi tinggi dari Prancis. Kedua kapal ini dibeli dengan harga US$ 100 juta. 

Kedua kapal ini tengah dikerjakan oleh OCEA S.A. di galangan kapal pelabuhan di Les Sables d'Olonne, sekitar 620 KM dari Paris. Kesepakatan pembelian dua kapal BHO (bantu hidro dan oseanografi) sudah diteken pada Oktober 2013 lalu dan merupakan tindak lanjut atas hubungan kerja sama pemerintah Indonesia dan Prancis. 

"Dulu, sebetulnya yang ikut tender juga Korea Selatan. Tapi, setelah dikaji mendalam, termasuk alat-alat dan teknologi yang digunakan, akhirnya diputuskan memesan kapal dari Prancis," kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Laksda TNI Rachmad Lubis di sela-sela memantau proses pembuatan kapal di Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014). 

Kapal ini akan dilengkapi dengan peralatan canggih di bidang oseanografi. Misalnya, kapal ini akan memiliki teknologi untuk memetakan bawah laut hingga kedalaman 6.000 meter. Juga dilengkapi dengan teknologi multi bim yang bisa mencatat gelombang dan frekuensi bawah laut dengan tepat. 


"Jadi nanti kapal ini selain bisa digunakan untuk pemetaan laut dan survei, juga bisa mendeteksi benda-benda di laut, seperti dalam pencarian pesawat yang jatuh, dan lain-lain. Kapal ini nanti juga bisa mendeteksi kapal selam musuh yang sedang sembunyi di bawah laut," kata Dan Satgas BHO, Kolonel Budi. 

Fungsi utama dari kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan. 

Saat ini data pemetaan laut Indonesia sudah tidak diupdate berpuluh-puluh tahun, terutama di perairan kawasan timur. Dengan adanya dua kapal survei canggih ini, Indonesia akan bisa memperbarui data-data pemetaan bawah laut di semua perairan Indonesia. Karena kapal survei, maka di kapal ini juga dilengkapi laboratorium-laboratorium yang canggih. 

Sementara Kepala Pusat Pengadaan (Kapusada) Kemhan Marsma Asep S mengatakan desain kapal survei ini diputuskan melalui koordinasi yang mendalam antara Indonesia dengan OCEA. "Desain mengalami penyempurnaan-penyempurnaan. OCEA mengusulkan desain awal, kemudian Indonesia mengoreksi sesuai yang diinginkan kita," kata Asep. 

Kapal pertama akan selesai dibuat pada akhir September 2014. Setelah melalui serangkaian administratif, pemberian nama, dan upacara serah terima, kapal ini diperkirakan akan tiba di Indonesia pada awal Januari 2015. Sedangkan kapal kedua, direncanakan selesai dibuat pada Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia bulan September 2015. (Detik)


Kapal Survei TNI AL Dilengkapi Senjata Kaliber 12,7 mm dan 20 mm

Les Sables d\'Olonne - Beberapa bulan lagi TNI AL memiliki kapal survei modern yang canggih dan keren berteknologi tinggi. Kapal yang tengah dibuat di Prancis ini ‎dilengkapi peralatan survei terbaru dan juga senjata kaliber 12,7 mm dan 20 mm. Senjata ini digunakan untuk pertahanan diri. 

Senjata kaliber 12,7 mm terdiri dari dua pucuk, akan dipasang di anjungan samping kanan dan kiri. Sedangkan senjata kaliber 20 mm akan dipasang di anjungan bagian depan. 

"Senjata ini tidak besar, karena hanya sebagai self defence," kata Dan Satgas BHO (Bantu Hidro dan Oceanografi) Kolonel Budi Purwanto di sela-sela meninjau pembuatan kapal survei untuk TNI AL di galangan kapal pelabuhan Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).

Kapal ini akan dilengkapi juga dengan laboratorium yang berteknologi modern. Kapal juga dilengkapi dengan ruang-ruang tidur tamtama, bintara, dan perwira yang cukup nyaman, karena untuk pemetaan dan survei, personel akan berada di tengah laut hingga berhari-hari. Begitu juga ada ruang makan dan ruang pertemuan yang baik. 

Kapal ini akan diawaki sekitar 41 personel, termasuk peneliti dari TNI AL. Rencananya pada bulan Juli nanti, 41 personel ini akan berangkat menuju Prancis untuk melakukan training dan pengenalan kapal. Mereka nanti yang akan membawa kapal survei pertama ke Indonesia di akhir 2014. Diperkirakan butuh waktu 5 minggu untuk membawa kapal berbobot 500 ton dari Paris hingga tiba di Indonesia. 


Kelebihan kapal ini adalah bodi kapal terbuat dari alumunium dan baja, sehingga tidak cepat berkarat. Kapal dengan panjang 60 meter dan lebar 11 meter ini juga akhirnya memiliki berat yang lebih ringan, hanya 500 ton. Padahal, kapal-kapal dengan ukuran yang sama bisa mencapai 1.500 ton. 

Lantas, apakah kapal ini akan mudah tergoyang oleh ombak karena berbobot ringan? Ternyata tidak. Saat ini telah ada teknologi baru menggunakan dynamic tank yang bisa membuat kapal lebih stabil dari goncangan ombak, meski hanya 2,5 meter bagian bawah kapal yang masuk ke dalam air laut. "Dengan bobot 500 ton, penggunaan BBM juga pasti akan lebih efisien," kata salah seorang perwira Satgas BHO. 

Saat ini 6 perwira dari Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL terus memantau pembuatan kapal survei ini. Indonesia memesan dua kapal survei dengan biaya US$ 100 juta. Kapal pertama akan selesai bulan September 2014 dan akan tiba di Indonesia awal Januari 2015. Kapal kedua akan selesai bulan Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia pada September 2015. 

Fungsi utama kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan. 

Kapal ini juga bisa dengan cepat mendeteksi benda-benda asing dan mencurigakan di bawah laut, seperti bangkai pesawat yang jatuh atau kapal selam musuh. Kapal ini dilengkapi dengan alat-alat pemetaan tiga dimensi dan bisa menjangkau pemantauan hingga kedalaman 6.000 meter.

(Detik)

Panther AS-565 MB Perkuat Skadron 400

 Helikopter anti kapal selam AS-565 Panther (photo:eurocopter)Helikopter anti kapal selam AS-565 Panther (eurocopter) 

Rasa gembira menaungi Skadron Udara 400 (Anti Kapal Selam) TNI AL. Pasalnya sebagian rekan mereka tengah berada di Prancis untuk menguji coba dan memilih spesifikasi Helikopter Anti Kapal Selam (AKS) Panther AS-565 MB yang sedang dibeli Kementerian Pertahanan. Gembira karena ada alutsista baru yang segera menemani helikopter AS332 Super Puma, Bell 412EP dan BO-105c, milik Skadron 400. Gembira karena kapal perang mereka akan semakin gahar dan diperhitungkan lawan.

Helikopter AS 565 MB merupakan multi purpose: naval version, serach and rescue,berbasiskan AS 365 N3 (maritime patrol and surveillance platform).

AS 565 MB, bisa digunakan untuk misi: fire support, Anti-Submarine (ASW) dan Anti-Surface Warfare (ASuW), yang bisa dipersenjatai dengan: AS15TT anti-ship missiles, searchlight, Magnetic Anomaly Detector (MAD), dipping sonar, search radar, anti-tank missiles, gun pods, rockets, torpedo dan lain sebagainya. Panther juga dijual oleh Eurocopter ke Amerika Serikat untuk United States Coast Guard (USCG) sebagai HH-65 Dolphin.

Dari 11 helikopter yang dibeli TNI AL, tidak semuanya untuk AKS, namun ada juga versi AKPA dan versi Intai Taktis. Helikopter Panther AS-565 MBe yang dibeli seharga 23 USD/unit ini, sedang disiapkan oleh Skadron 400 TNI AU dan pihak Prancis, untuk mendapatkan spesifikasi yang terbaik, bagi Indonesia.

Untuk misi operasi Naval, AS565MB bisa dikatakan nyaris sempurna: senyap, biaya perawatan murah, multi purpose untuk: surveillance kapal permukaan, Anti-Surface unit Warfare (ASuW) dan Anti-Submarine Warfare (ASW).
Anti Kapal PermukaanimageDengan durasi terbang selama 4 jam, AS565MB masuk kedalam kelas helikopter medium. Helikopter ini dapat melakukan misi Over-the-Horizon Targeting(OTHT) dengan membawa rudal jarak jauh, sehingga efektif sebagai anti-surface warfare (ASUW).

Apalagi jika helikopter ini didukung oleh rudal generasi baru seperti MBDA’s Future Anti Ship Guided Weapon(FASGW), maka AS565MB dapat melakukan pencarian, memilah sasaran, serta membayangi atau menyerang sasaran dari balik lengkung bumi (OTHT) secara presisi, tanpa mampu dideteksi oleh kapal musuh. Kapal musuh akan terkendala oleh pola lengkung bumi (OTHT). Ketahanan terbang helikopter ini mencapai waktu 4 jam dengan kecepatan medium (14o km/jam) atau terbang dengan mode OTHT.
Anti Kapal SelamimageSonar yang dipasang di badan kapal laut memiliki kemampuan deteksi yang terbatas, akibat gangguan temperatur maupun tingkat keasinan permukaan air. Daya endusnya sekitar 18 km, untuk melacak kapal selam. Perbedaan permukaan air laut membuat posisi kapal berubah-ubah yang menghasilkan suara dan kecepatan kapal yang berubah-ubah, sehingga mempengaruhi daya endus sonar kapal.

Jangkauan yang terbatas ini bisa tangani lewat helikopter seperti AS565MB yang terbang jauh dan memiliki variable-depth and towed sonar arrays untuk menyelidiki setiap layer, sehingga daya deteksi bisa berkembang jauh mencapai 185 km dan mampu mendeteksi lokasi kapal selam musuh dengan presisi.

Helikopter ini tinggal menunggu agar kapal selam masuk jangkauan torpedo untuk melakukan penembakan “fire and forget”. Tentu ada pula kapal selam yang memiliki rudal anti udara, namun umumnya masih jarak pendek.

Dengan peralatan anti kapal selam yang dibawa oleh helikopter, kapal teman dapat melakukan pelacakan dengan radius yang lebih jauh terhadap kapal selam musuh, dibandingkan mendeteksi tanpa menggunakan helikopter.
Mengisi KRI Diponegoro Classhttp://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/06/AS-565-MBe.jpgAS 565MBe mampu melakukan misi Anti Kapal Selam dan Anti Kapal Permukaan selama 4 jam ketika terbang dengan kecepatan 140km/jam. Helikopter ini memiliki kecepatan maksimum +300 km/jam dengan daya jelajah 792 km dengan tanki standar.

Helikopter ASW Panther AS565 MB, akan ditempatkan di KRI Korvet Diponegoro Sigma Class, untuk memperkuat mata dan telinga kapal tempur tersebut.

Sejumlah senjata akan melengkapi helikopter Panther TNI AL, antara lain Torpedo MU 90,Light Anti Ship Missile, maupun canon mounted 20 mm.

senjata-5

Jika TNI AL menggunakan Panther AS-565 MBe, maka Basarnas Indonesia juga menggunakan helikopter buatan Eurocopter ini, yakni versi Dauphin yang versi sipil.

Dari pembelian ini, Indonesia mendapatkan transfer of technology, yang akan diserap oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Selain TNI AL dan Basarnas, TNI AD juga membeli helikopter baru buatan Eurocopter yakni Fennec AS 550. Begitu pula dengan TNI AU yang membeli Eurocopter EC725 Cougar.

Semua angkatan membeli helikopter baru dari Eurocopter. Dengan demikian, perawatan helicopter tersebut semakin mudah dan bisa langsung ditangani di dalam negeri oleh PT DI yang memiliki kemampuan mumpuni, untuk urusan helikopter.

Kerjasama yang komprehensif antara TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Basarnas dengan Eurocopter, merupakan peluang besar yang harus dimanfaatkan Indonesia.

Helikopter-helikopter itu dikerjakan secara Co-Production dengan PT DI. Diharapkan kedepannya PT DI mampu mewujudkan helikopter buatan dalam negeri, antara lain melanjutkan proyek helikopter Gandiwa atau jenis lainnya.(Sumber : Jalo dan Eurocopter).

   JKGR  

Kapal Survei Pesanan TNI AL

Dilengkapi Alutsista Self defennceBeberapa bulan lagi TNI AL memiliki kapal survei modern yang canggih dan keren berteknologi tinggi. Kapal yang tengah dibuat di Prancis ini ‎dilengkapi peralatan survei terbaru dan juga senjata kaliber 12,7 mm dan 20 mm. Senjata ini digunakan untuk pertahanan diri.

Senjata kaliber 12,7 mm terdiri dari dua pucuk, akan dipasang di anjungan samping kanan dan kiri. Sedangkan senjata kaliber 20 mm akan dipasang di anjungan bagian depan.

"Senjata ini tidak besar, karena hanya sebagai self defence," kata Dan Satgas BHO (Bantu Hidro dan Oceanografi) Kolonel Budi Purwanto di sela-sela meninjau pembuatan kapal survei untuk TNI AL di galangan kapal pelabuhan Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).

Kapal ini akan dilengkapi juga dengan laboratorium yang berteknologi modern. Kapal juga dilengkapi dengan ruang-ruang tidur tamtama, bintara, dan perwira yang cukup nyaman, karena untuk pemetaan dan survei, personel akan berada di tengah laut hingga berhari-hari. Begitu juga ada ruang makan dan ruang pertemuan yang baik.

Kapal ini akan diawaki sekitar 41 personel, termasuk peneliti dari TNI AL. Rencananya pada bulan Juli nanti, 41 personel ini akan berangkat menuju Prancis untuk melakukan training dan pengenalan kapal.

Mereka nanti yang akan membawa kapal survei pertama ke Indonesia di akhir 2014. Diperkirakan butuh waktu 5 minggu untuk membawa kapal berbobot 500 ton dari Paris hingga tiba di Indonesia.

Kelebihan kapal ini adalah bodi kapal terbuat dari alumunium dan baja, sehingga tidak cepat berkarat. Kapal dengan panjang 60 meter dan lebar 11 meter ini juga akhirnya memiliki berat yang lebih ringan, hanya 500 ton. Padahal, kapal-kapal dengan ukuran yang sama bisa mencapai 1.500 ton.

Lantas, apakah kapal ini akan mudah tergoyang oleh ombak karena berbobot ringan? Ternyata tidak.

Saat ini telah ada teknologi baru menggunakan dynamic tank yang bisa membuat kapal lebih stabil dari goncangan ombak, meski hanya 2,5 meter bagian bawah kapal yang masuk ke dalam air laut.

"Dengan bobot 500 ton, penggunaan BBM juga pasti akan lebih efisien," kata salah seorang perwira Satgas BHO.

Saat ini 6 perwira dari Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL terus memantau pembuatan kapal survei ini. Indonesia memesan dua kapal survei dengan biaya US$ 100 juta.

Kapal pertama akan selesai bulan September 2014 dan akan tiba di Indonesia awal Januari 2015. Kapal kedua akan selesai bulan Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia pada September 2015.

Fungsi utama kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan.

Kapal ini juga bisa dengan cepat mendeteksi benda-benda asing dan mencurigakan di bawah laut, seperti bangkai pesawat yang jatuh atau kapal selam musuh. Kapal ini dilengkapi dengan alat-alat pemetaan tiga dimensi dan bisa menjangkau pemantauan hingga kedalaman 6.000 meter.
Indonesia Beli 2 Kapal Survei seharga US$ 100 JutaSurvei dan pemetaan laut menjadi faktor penting bagi pertahanan Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli dua kapal survei canggih dan berteknologi tinggi dari Prancis. Kedua kapal ini dibeli dengan harga US$ 100 juta.

Kedua kapal ini tengah dikerjakan oleh PT OCEA di galangan kapal pelabuhan di Les Sables d'Olonne, sekitar 620 KM dari Paris.

Kesepakatan pembelian dua kapal BHO (bantu hidro dan oseanografi) sudah diteken pada Oktober 2013 lalu dan merupakan tindak lanjut atas hubungan kerja sama pemerintah Indonesia dan Prancis.

"Dulu, sebetulnya yang ikut tender juga Korea Selatan. Tapi, setelah dikaji mendalam, termasuk alat-alat dan teknologi yang digunakan, akhirnya diputuskan memesan kapal dari Prancis," kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Laksda TNI Rachmad Lubis di sela-sela memantau proses pembuatan kapal di Les Sables d'Olonne, Kamis (26/6/2014).

Kapal ini akan dilengkapi dengan peralatan canggih di bidang oseanografi. Misalnya, kapal ini akan memiliki teknologi untuk memetakan bawah laut hingga kedalaman 6.000 meter. Juga dilengkapi dengan teknologi multi bim yang bisa mencatat gelombang dan frekuensi bawah laut dengan tepat.

"Jadi nanti kapal ini selain bisa digunakan untuk pemetaan laut dan survei, juga bisa mendeteksi benda-benda di laut, seperti dalam pencarian pesawat yang jatuh, dan lain-lain. Kapal ini nanti juga bisa mendeteksi kapal selam musuh yang sedang sembunyi di bawah laut," kata Dan Satgas BHO, Kolonel Budi.

Fungsi utama dari kapal ini adalah untuk pemetaan dan survei di wilayah perairan Indonesia. Data-data ini sangat penting bila Indonesia mengalami hal terburuk seperti perang. Begitu ada perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat terkait pertahanan.

Saat ini data pemetaan laut Indonesia sudah tidak diupdate berpuluh-puluh tahun, terutama di perairan kawasan timur. Dengan adanya dua kapal survei canggih ini, Indonesia akan bisa memperbarui data-data pemetaan bawah laut di semua perairan Indonesia. Karena kapal survei, maka di kapal ini juga dilengkapi laboratorium-laboratorium yang canggih.

Sementara Kepala Pusat Pengadaan (Kapusada) Kemhan Marsma Asep S mengatakan desain kapal survei ini diputuskan melalui koordinasi yang mendalam antara Indonesia dengan OCEA. "Desain mengalami penyempurnaan-penyempurnaan. OCEA mengusulkan desain awal, kemudian Indonesia mengoreksi sesuai yang diinginkan kita," kata Asep.

Kapal pertama akan selesai dibuat pada akhir September 2014. Setelah melalui serangkaian administratif, pemberian nama, dan upacara serah terima, kapal ini diperkirakan akan tiba di Indonesia pada awal Januari 2015. Sedangkan kapal kedua, direncanakan selesai dibuat pada Agustus 2015 dan akan tiba di Indonesia bulan September 2015.
Melihat Kapal Survei TNI AL di Les Sables d'OlonneModernisasi alutsista tidak hanya dilakukan pemerintah untuk TNI Angkatan Darat (AD). ‎Untuk TNI AL misalnya, pemerintah saat ini masih menunggu selesainya pembuatan kapal survei canggih yang tengah dibuat di Les Sables d'Olonne, Prancis. Kapal ini sangat penting untuk survei dan pemetaan laut Indonesia.

Bersama delegasi Kementerian Pertahanan (Kemhan), detikcom berkesempatan melihat dari dekat proses pembuatan kapal survei yang memiliki panjang 60 m dan lebar 11 meter ini, Kamis (26/6/2014). Kapal berbobot 500 ton ini dibuat OCEA, perusahaan kapal Prancis, di galangan kapal ‎di pelabuhan Les Sables d'Olonne.

Galangan kapal ini berada sekitar 620 KM dari ibukota Prancis, Paris. Untuk menuju lokasi ini, perlu waktu 2 jam 20 menit naik kereta api hingga stasiun Nantes. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dari stasiun Nantes menuju Les Sables d'Olonne yang membutuhkan waktu 1 jam 20 menit.

Delegasi peninjauan proses pembuatan kapal ini dipimpin Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan)‎ Kemhan Laksda TNI Rachmad Lubis, dengan diikuti Kapusada Kemhan Marsma TNI Asep S dan Dirrenbanghan Kemhan Marsma M Safii.

Peninjauan ini merupakan bagian dari rangkaian peninjauan pembuatan tank Leopard di Jerman dan pembuatan meriam Caesar 155 di Roanne, Prancis.

Dalam paparannya kepada delegasi Indonesia, pimpinan OCEA menyampaikan bahwa proses pembuatan kapal survei tahap pertama sudah mencapai 60 persen. Kapal akan selesai dibuat pada bulan September 2014 dan diperkirakan sudah tiba di Indonesia pada awal Januari 2015.

Selain bertemu dan mendengar paparan jajaran pimpinan OCEA, delegasi juga menginspeksi proses pembuatan kapal dan mengecek dari satu bagian ke bagian lain. Rachmad Lubis selaku pimpinan delegasi menanyakan berbagai hal termasuk mengecek ke ruang tidur, ruang makan, laboratorium, tempat mesin, anjungan kapal, hingga buritan kapal.

Pemantauan detikcom, pembuatan dek dan lambung kapal sudah selesai 100 persen. Kapal ini terbuat dari baja dan alumunium. Hingga saat ini pengerjaan masih didominasi dengan berbagai instalasi listrik, AC, saluran air, dan juga pemasangan interior, serta pengecatan. Para pekerja juga masih memfinalisasi ruangan-ruangan kamar dan juga laboratorium.

Kapal survei ini nanti akan digunakan oleh Dinas Hidros (Hidro dan Oseanografi) TNI AL. Proses pembuatan kapal ini juga telah dipantau oleh 6 perwira dari Hidros yang tergabung dalam Satgas BHO (Bantu Hidro Oceanografi) dengan pimpinan Kolonel Budi Purwanto yang merupakan perwira ahli oseanografi. Satgas BHO telah berada di Les Sables d'Olonne sejak 5 bulan lalu. Mereka akan mengawal pembuatan kapal ini sampai tuntas.

Lantas seberapa penting kapal ini bagi Indonesia? Rachmad Lubis menjelaskan keberadaan kapal ini sangat penting dalam melakukan survei dan pemetaan laut Indonesia.

Data-data hasil survei dan pemetaan yang dilakukan kapal ini sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan Indonesia di laut, terutama dalam kondisi pertempuran. "Selama ini kita belum punya kapal survei yang bisa memenuhi kebutuhan Indonesia," kata Rachmad.

Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal survei. Jumlah ini sangat minim, mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki laut luas dan negara kepulauan.

Dengan adanya kapal survei yang canggih ini, maka TNI AL bisa melakukan pendataan, survei dan pemetaan dengan lebih baik dan presisi serta waktu yang lebih cepat.

"Dua kapal survei selama ini yang kami gunakan sebenarnya hanya kapal biasa yang hanya dipasangi alat-alat pemetaan. Jadi, dua kapal yang kami pakai masih di bawah standar," kata Kolonel Budi.



  ★ detik